Selama akhir abad kesembilanbelas dan awal abad ke-20, kota atau kawasan bisnis utama (CBD) di AS menjadikan tempat perdagangan ritel dan layanan sebagai penggerak denyut jantung mereka. Jadi bagi kota, ritel merupakan bagian integral dari iklim ekonomi dan sosial kota (Hernandez dan Jones, 2005). Namun, setelah Perang Dunia Kedua, stabilitas ekonomi dan sosial CBD mulai menurun, dan banyak pengecer meninggalkan lokasi pusat kota mereka untuk pindah ke daerah pinggiran kota.
Mulai tahun 1960an, beberapa proyek revitalisasi kota mencoba untuk menarik pengecer (riteler) masuk ke perkotaan. Mereka membantu usaha untuk menarik pembeli kembali ke CBD. Namun hasil pengembangan ritel perkotaan yang diukur dari lalu lintas konsumen, dan penjualan beragam [ Robertson, 1997; West dan Orr, 2003). Akibatnya, banyak proyek revitalisasi kota mulai meninggalkan pembangunan ritel perkotaan (Warnaby et al., 2004).
Mereka kemudian fokus ke industri jasa. Hampir 30 tahun yang lalu, Pittsburgh seakan menjadi kota yang tidak layak dihuni. Tingkat pengangguran di atas 17% dan kehilangan ribuan pekerjaan setiap bulan, karena industri baja yang menjadi tumpuannya hancur pada akhir abad 20 akibat melambatnya permintaan, biaya yang lebih tinggi dan persaingan yang ketat.
Sekarang, kota ini menawarkan tingkat pengangguran rata-rata yang lebih rendah. Sementara masih mempekerjakan 100.000 orang, sebagai pasar terbesar kedua di Amerika untuk pekerjaan industry logam, Pittsburgh berhasil menemukan kembali dirinya dengan menarik dan menciptakan industri baru, bahkan menghasilkan moniker baru, "Roboburgh", untuk kesuksesannya dalam bidang robotika dan manufaktur.
Bagaimana kota itu bisa bangkit lagi? Dalam laporan berjudul Clusters of Innovation Initiative: Pittsburgh by the Council on Competitiveness tahun 2002 disebutkan beberapa faktor yang menghambat kinerja ekonomi kota. Faktor itu termasuk retensi tenaga kerja yang buruk, tingkat inovasi yang rendah, lingkungan start-up yang menantang dan koordinasi yang lemah di antara berbagai tingkat kepemimpinan.
Namun selama dekade berikutnya, Pittsburgh mengambil langkah untuk mengatasi setiap tantangan ini. Untuk menjaga agar lulusan berbakat tidak meninggalkan kota dan menarik orang lain dari seluruh dunia, perhatian dilakukan untuk mengubah budaya kota. Dana, insentif dan alokasi diinvestasikan dalam program revitalisasi baru. Hasilnya terlihat cepat ketika Pittsburgh dinobatkan sebagai kota yang paling banyak ditinggali di Amerika Serikat oleh Economist Intelligence Unit.
Dalam upaya untuk meningkatkan penciptaan awal dan pertumbuhan, sejumlah program inovasi dimulai. Innovation Works, sebuah program yang dikelola negara, dipromosikan dan didukung para usahawan. Kemitraan publik-swasta seperti Innovation Works telah menjadi alat yang ampuh tidak hanya untuk mengarahkan keuangan kepada perusahaan start-up yang layak dan perusahaan yang berkembang, namun juga dalam menyediakan saluran komunikasi dan kerjasama antara berbagai pemangku kepentingan ekonomi. Upaya semacam ini dikombinasikan dengan fondasi yang sudah ada dari angkatan kerja terampil dan komunitas riset yang kuat untuk memungkinkan transformasi Pittsburgh.
Keberhasilan Pittsburgh diakui pada tahun 2009 ketika terpilih sebagai kota tuan rumah untuk pertemuan puncak G20 yang bergengsi dan berpengaruh. Penyelenggara menunjuk pada ekonomi "beragam, seimbang dan tangguh", menjadikan Pittsburgh "sebuah model transformasi ekonomi, lingkungan dan kualitas hidup".
Di luar kesuksesan yang telah disebutkan sebelumnya dalam manufaktur maju, kota ini telah mempertontonkan kinerja yang hebat dalam layanan keuangan dan bisnis (menjadi tempat kantor pusat dua dari 15 firma hukum terbesar di AS); bisnis global (tempat usaha bagi bisnis bernilai lebih 100 miliar dolar); kesehatan dan ilmu kehidupan (menyediakan lebih dari 100.000 pekerjaan); pendidikan dan penelitian (Carnegie Mellon University dan University of Pittsburgh memiliki peringkat tinggi dalam penelitian, dan lebih dari 70.000 pekerjaan disediakan oleh penelitian dan pengembangan secara keseluruhan); dan teknologi informasi dan komunikasi (sekitar 1.600 perusahaan teknologi).
Pemulihan Pittsburgh menunjukkan potensi transformasi yang besar di kota-kota yang industrinya menurun. Hal ini dapat dilihat sebagai contoh bagaimana mungkin membuat kota manufaktur menemukan kehidupan kedua melalui inovasi dan teknologi baru. Saat ini, tingkat pengangguran Pittsburgh lebih rendah dari rata-rata nasional. Dalam laporan National Bureau of Economic Research 2014, Pittsburgh dinobatkan sebagai kota kedua terbaik karena bisa mewujudkan impian Amerika, menyadari kemakmuran barunya dan mobilitas ekonomi yang ditawarkan warganya.
Intinya, strategi yang dijalankan untuk revitalisasi kota; pertama, menciptakan infrastruktur yang juga mencakup pengembangan lingkungan ramah bagi pejalan kaki (Filion et al., 2004; Fondersmith, 1988; Robertson, 1997), pembuatan plaza yang dirancang dengan jalan setapak dan ruang hijau terbuka (Kohsaka, 1984), dan kebijakan pembangunan ekonomi yang memang menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah (misalnya perbaikan iklim bisnis, pajak, aliansi strategis, dll.), mempromosikan aktivitas bisnis (Moss, 1997; Satterthwaite, 2001; West dan Orr, 2003).
Kedua, menawarkan kegiatan budaya yang dirancang untuk menarik konsumen daerah dan luar negeri masuk ke pusat kota dan mempertahankan karakter historis CBD (Filion et al., 2004). Ketiga, spesifik untuk pengembangan ritel perkotaan, antara lain menyajikan dan mempromosikan area perbelanjaan di pusat kota sebagai unit terpadu (Houston dan Nevin, 1980) yang memiliki karakter sendiri, aksesibilitas, dan berbagai manfaat yang ditawarkan oleh bisnis di pusat kota. Keempat, mensikronkan langkah manajemen dan pemasaran untuk menciptakan persepsi bahwa pengecer kota memiliki citra yang menyatu dengan kehidpan masyarakat dan merupakan bagian dari sistem entitas bisnis yang saling berhubungan (Brodeur, 2003).