Makanan Lokal? Yang Mana?

Lebih dari separuh wisatawan yang datang ke Taiwan karena makanan (masakan dan buah), dan sekitar 60 persen dari mereka mencicipi makanan lezat lokal di pasar malam, misalnya, omelet tiram, tahu busuk dan teh susu mutiara.

Informasi resmi juga menunjukkan berbagai perusahaan yang berhubungan dengan makanan yang melayani semua jenis makanan untuk wisatawan di Taiwan, tidak hanya masakan Cina tradisional dan Taiwan tetapi juga makanan dari seluruh dunia (Taiwan Service Industry Development Newsletter Bimonthly, 2008).

Terbukti bahwa makanan di Taiwan beragam dan berlimpah, yang menjadikan Taiwan sebagai destinasi yang baik bagi para gourmands (seseorang yang suka makan dan lahap).

Ide budaya makanan lokal seagai sumber daya pariwisata sudah dikenal lama. Ini karena setiap negara selalu dicirikan oleh hidangan ikonik nasional dan regionalnya.

Misalnya, budaya makanan Nordic terkenal dengan Smalahove, makanan kepala domba di Voss di Norwegia. Kerang yang dimasak di pantai barat Swedia, dan untuk Hákarl – sajian daging hiu yang difermentasi di Islandia (Gyimóthy dan Mykletun, 2009).

Selain itu ada juga yang popular seperti kentang goreng, rumah keripik kentang dan popcorn mentega di AS; Meksiko yang dikenal karena fajitas dan taco; atau Italia, tempatnya pasta dan pizza. Karakteristik geografi, sejarah dan modernitas makanan di Singapura juga terbukti menjadi selling-point Singapore Tourism Board.

Fenomena ini menggambarkan bahwa makanan secara langsung atau tidak langsung terhubung dengan destinasi tertentu. Makanan khas mendorong wisatawan untuk mencicipi dan menikmati masakan daerah. Lebih penting lagi, makanan dapat digunakan sebagai sarana pemasaran dan branding tujuan wisata.

Literatur-literatur tentang manajemen merek dan branding destinasi wisata menyatakan bahwa identitas yang jelas dan konsisten adalah dasar untuk membangun merek yang kuat (Aaker, 1996). Secara eksplisit, kekuatan merek ditentukan oleh konsistensi berbagai komponen identitas merek (Keller, 2003; Burmann dan Zeplin, 2005).

Gagasan 'identitas' dalam konteks perusahaan menyangkut upaya perusahaan atau organisasi untuk mengidentifikasi dirinya dan menyampaikan keunikan dan makna simbolisnya kepada semua konsumen, pemangku kepentingan dan masyarakat umum (Nandan, 2005). Identitas merek biasanya berfungsi untuk membedakan produk, layanan atau organisasi dari para pesaingnya dan membuat konsumen lebih setia.

Konsep identitas merek merujuk pada nilai-nilai inti dari merek tujuan pariwisata harus ditetapkan dan bahwa elemen representasi tujuan harus diidentifikasi secara jelas dalam membangun merek tujuan yang sukses (Morgan et al, 2002). Dalam konteks ini, unsur-unsur merek tujuan pariwisata harus disatukan dan membentuk identitas merek tujuan yang konsisten, unik, dan kuat (Cai, 2002).

Pages: 1 2 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)