Pada awalnya mereka memang menamakan diri sebagai sebuah komunitas. Namun seiring berjalannya waktu mereka sepakat memosisikan komunitas Wiken Tanpa ke mal (WTM) sebagai sebuah gerakan pecinta akhir pekan yang secara aktif melontarkan ajakan untuk tidak menghabiskan akhir pekan di mal kepada masyarakat.
Positioning tersebut dianggap paling tepat karena pada dasarnya WTM tidak memiliki keanggotaan tetap. “Kami memosisikan diri sebagai motor penggerak agar semua orang bisa terlibat. Karena sebuah ajakan sering tidak bisa terwujud kalau tidak ada yang mulai bergerak,” ujar M. Nofal Kurniawan atau Opang, salah satu pegiat WTM yang bertindak sebagai humas atau corong gerakan ini.
Intinya, gerakan WTM yang didirikan sejak tahun 2009 ini ingin mengajak masyarakat menyikapi kejenuhan akan tempat wisata yang cenderung monoton dan tidak kreatif. Mereka melihat bahwa pergi ke mal saat akhir pekan bukan cara yang tepat untuk menghabiskan waktu santai bersama keluarga.
Ide WTM bukan hanya menawarkan acara mengunjungi tempat-tempat wisata alternatif, namun juga mengajak masyarakat untuk melakukan sesuatu yang bersifat kreatif, edukatif, menyenangkan dan dapat meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Beberapa contoh kegiatannya antara lain mengunjungi berbagai lokasi alam seperti kebun binatang, pantai, sampai taman-taman di seputaran Jakarta. Juga ke berbagai museum, atau planetarium.
Bahkan beberapa lokasi yang mungkin tidak terpikirkan oleh banyak orang sebagai pengisi akhir pekan, misalnya mengunjungi Kantor Pos Cikini, sekaligus mampir ke toko roti legendaris yang ada di Jakarta sejak dekade nenek-nenek kita.
Kegiatan-kegiatan mereka selalu dikemas dengan judul yang menggelitik. Misalnya “Acik di Cikini” (pertengahan 2011), “Asyik Ulik Keramik” (Museum Seni Rupa dan Keramik, Januari 2010), “Menuai Sajak di Kebun Raya” (Februari 2010 bersama Sapardi Djoko Damono) , ”Ngider-ngider sampai Keder” (Kampung Betawi Setu Babakan). Pernah juga mereka mengadakan wisata alam dari taman ke taman dengan judul “Bertemu Teman, Berkawan Taman” atau “Bertemu Teman di Ragunan”.
Saat berkumpul di tempat-tempat tersebut, semua peserta WTM juga diajak melakukan aktivitas seru, misalnya bersepeda bersama, melukisi tong sampah, menulis surat untuk orang yang disayangi sampai memainkan aneka permainan tradisional seperti gobak sodor dan ular tangga. “Pendeknya, semua orang bisa bergabung dalam acara ini serta bertemu dengan teman-teman baru sambil merasakan pengalaman akhir pekan yang menyenangkan,” tambah Opang, begitu ia biasa disapa.
Opang mengaku pada dasarnya WTM tidak anti terhadap para pemain industrialisasi. Namun ketika ada tawaran kerjasama, mereka pasti akan menimbang-nimbang peran seperti apa yang ditawarkan. Mereka hanya akan menyambut jika dalam event tersebut diberi keleluasaan untuk menjelaskan visi dan misi gerakan ini.
MIX.co.id – Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) berkomitmen memandirikan Usaha Mikro Kecil dan…
MIX.co.id - Daikin Airconditioning Indonesia kembali meluncurkan program “Daikin Proshop Designer Awards 2024” (DDA), pada…
MIX.co.id - Memasuki liburan musim panas, Vietjet menghadirkan program consumer promo untuk para pelanggan loyal…
MIX.co.id - Pengembang perumahan di kota Cilegon-Banten yang merupakan unit bisnis dari PT Krakatau Sarana…
MIX.co.id – Taiwan Expo 2024 kembali digelar di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat,…
MIX.co.id – Kasus pencemaran air masih banyak ditemui di sejumlah wilayah Tanah Air. Kondisi ini…
View Comments
Thanks informasinya..