Jika Anda berkesempatan menaiki kereta api, salah satunya commuter line, pasti Anda bakal menjumpai beragam merek di sana. Mulai dari merek yang menempel di sekujur tubuh luar kereta, hingga aneka poster yang terpajang di dalam gerbong kereta. Masih belum cukup, pegangan tangan di atas kepala penumpang pun dijadikan ruang beriklan.
Merek minuman Nu Tea misalnya, sempat menjadikan kemasan botolnya sebagai pegangan penumpang. Bahkan, commuter line jurusan Jakarta-Bogor, salah satu badan luar rangkaiannya sempat ditutupi dengan iklan Nu Tea.
Tak hanya commuter line yang membisniskan gerbongnya, kereta jurusan luar kota--termasuk stasiunnya--juga turut dikomersilkan menjadi ruang reklame untuk aneka merek.
Merek-merek ternama lainnya, tentu tak mau ketinggalan. Demi memperoleh perhatian ratusan ribu penumpang kereta--yang datang dari berbagai segmen--setiap harinya, mereka pun mulaui berbondong-bondong memanfaatkan kereta sebagai salah satu contact point. Sebut saja Indomie lewat varian anyarnya, Mie Goreng Cabe Ijo, Fresh Care, Marina, sprei Love, Hydro Coco, mie Eat and Go, Extra Joss, Bank Mandiri, Indosat, hingga Rumah Zakat. Bahkan, merek anyar Eat & Go juga menaruh booth penjualannya di stasiun Sudirman, Jakarta.
Istimewanya, bagi merek yang menyasar segmen perempuan, mereka bisa memanfaatkan dua gerbong khusus perempuan, yang disediakan Commuter Line di gerbong paling depan dan belakang.
Manajer Komunikasi Pemasaran PT KAI R. Agus Dwinanto Budiaji mengatakan, sejak 2009 silam, PT KAI memang sudah mulai menjajaki bisnis iklan, sebagai bagian dari strategi marketing perusahaan. Sejumlah space, baik di stasiun maupun di dalam kereta, secara resmi dikomersilkan menjadi ruang iklan.
"Melalui kerja sama dengan sejumlah agensi, sebagai perusahaan penyedia jasa transportasi massal, PT KAI menawarkan area-area yang memungkinkan klien untuk placement. Yang terpenting, iklan tersebut tidak mengganggu estetika dan kenyamanan penumpang selama perjalanan," ucapnya.
Tak hanya commuter line yang membiniskan gerbongnya, kereta jurusan luar kota--termasuk stasiunnya--juga turut dikomersilkan menjadi ruang reklame untuk aneka merek. Di area KRL, ditambahkan Agus, PT KAI menawarkan penempatan placement iklan, baik di indoor mupun outdoor. Untuk indoor placement terdiri dari wall panel, ceiling panel, hanging alley panel, hands grip, tap door, dan sebagainya. Sedangkan untuk outdoor, biasanya yang paling dimanfaatkan klien adalah dinding luar KRL.
“Untuk KRL, kebanyakan klien memanfaatkan space di dalam. Di gerbong wanita misalnya, kami menampilkan iklan-iklan seperti produk kecantikan, dan di gerbong lain kami membuka untuk semua jenis industri, kecuali rokok. Lantaran, PT KAI sendiri sedang fokus menggalang kampanye anti-rokok di kawasan stasiun. Khusus pada KRL jarak jauh, space yang paling banyak diminati klien adalah seat cover," tandas Agus.
Jika dibandingkan beriklan di media massa seperti koran atau televisi, boleh dibilang beriklan di KRL termasuk paling efektif. Parameternya tentu saja karena tingginya jumlah penumpang. Commuter line umpamanya, penumpangnya bisa sampai 450 ribu orang dalam sehari. Jika kontrak iklan setahun, klien sudah bisa placement 2-3 merek produknya.
Meskipun terlihat semakin 'ramai', bisnis media placement di KRL juga tidak jarang mengalami beberapa kendala. Hal ini terkait dengan minimnya informasi tentang aset-aset yang dimiliki PT KAI. “Kami mengakui memang ada beberapa space yang belum dimanfaatkan dengan optimal, termasuk dalam mengelola aset-aset kami dengan menjalin kerja sama dengan agensi,” tutup Agus.