McDonald terancam ditinggalkan konsumennya menyusul makin kuatnya persepsi konsumen bahwa menu McDonal diam-diam semakin mahal. Naiknya upah pekerjanya dan bahan produk mendorong harga di Golden Arches.
Pelanggan McDonald mulai mencari alternatif, diantaranya adalah IHOP, Denny dan Chili sebagai gantinya. "Harga disana sama tapi lebih baik,” kata Mr Hiner, seorang ahli geologi berusia 58 tahun-di Houston seperti dikutip adage.com dari Bloomberg.
McDonald sendiri mengatakan harganya naik sampai sekitar 3% sejak akhir Juni lalu dibandingkan dengan 12 bulan sebelumnya. Itu berarti 2,5% lebih mahal dari rata-rata harga makanan cepat saji di Amerika dan yang bisa dibeli konsumen ruymahnya jauh dari kolaksi outlet McDonald.
Menurut beberapa analis, kenaikan harga berpengaruh negatif terhadap penjualan McDonald. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang Amerika sangat sensitif terhadap harga. “Karena itu setiap kenaikan harga dapat membuat mereka di tempat lain,” kata John Gordon, pimpinan perusahaan konsultan restoran dan franchisee yang berkantor pusat di San Diego, Pacific Management Consulting Group, penasihat restoran.
Saat ini McDonald menghadapi tekanan untuk meningkatkan harga karena kenaikan harga daging sapi, keju dan daging babi, serta peningkatan upah minimum. Sebab seperti diketahui, Minnesota, California dan Michigan baru-baru ini telah menaikkan tingkat upah minimum. Ini berpengaruh terhadap upah pekerja di McDonald.