Di awal tahun 2000, Ford Motor Company mengguncang industri dengan mengadopsi teknologi manufaktur digital, meredefinisi struktur dan pelatihan karyawan. Dalam perjalanan serupa, PT Blue Bird Tbk mengalami transformasi dramatis dari penyedia taksi menjadi pelopor mobilitas berkelanjutan.
.
.
Awal tahun 2000, Ford Motor Company melakukan perubahan besar-besaran dengan memperkenalkan teknologi manufaktur digital dalam lini produksinya. Proses ini melibatkan tidak hanya perubahan teknologi tetapi juga pelatihan ulang karyawan dan perubahan dalam struktur organisasi untuk lebih mendukung inovasi dan adaptasi teknologi baru.
Dalam melaksanakan transformasi tersebut, Ford Motor Company menunjukkan kebutuhan untuk memahami dan mengelola setiap aspek dari proses perubahan, dari teknologi hingga sumber daya manusia.
Pendekatan ini sangat mirip dengan yang dijelaskan oleh John Kotter, yang menekankan pentingnya manajemen perubahan yang komprehensif dalam organisasi. Model Kotter yang meliputi delapan langkah menjadi sangat relevan dalam konteks Ford, dimana perusahaan tidak hanya memperkenalkan perubahan tetapi juga harus memastikan bahwa seluruh elemen organisasi—mulai dari karyawan hingga struktur kepemimpinan—dapat beradaptasi dengan dan mendukung perubahan tersebut secara efektif.
John Kotter, seorang profesor di Harvard Business School, mengembangkan sebuah model perubahan 8 langkah yang bertujuan untuk membantu organisasi dalam mengimplementasikan perubahan yang efektif. Langkah-langkah ini mencakup penciptaan rasa urgensi, pembentukan koalisi yang kuat, penciptaan visi untuk perubahan, komunikasi visi, pemberdayaan aksi, penciptaan kemenangan jangka pendek, konsolidasi perbaikan, dan penanaman perubahan dalam budaya korporat.
Sebagai contoh, IBM mengadopsi pendekatan Kotter ketika mereka mengalihkan fokus bisnis dari hardware ke layanan konsultasi dan software pada akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an, yang mwlibatkan pembentukan visi baru dan komunikasi yang luas ke seluruh lapisan organisasi.
Namun, perubahan dramatis semacam yang dilakukan oleh IBM sering kali menimbulkan pertanyaan kritis: Apakah semua perusahaan siap untuk melakukan pergeseran strategis yang begitu radikal? PT Blue Bird Tbk, misalnya, menghadapi tantangan yang berbeda.
Dari sebuah penyedia layanan taksi konvensional, Blue Bird harus bermanuver untuk tidak hanya bertahan dalam persaingan pasar yang semakin sengit tetapi juga memeluk paradigma keberlanjutan. Langkah ini memerlukan lebih dari sekedar perubahan layanan—ini adalah transformasi identitas dan etos perusahaan.
Apakah langkah-langkah Kotter cukup untuk mengarahkan jenis transformasi kompleks ini, atau apakah kita membutuhkan pemikiran yang lebih radikal untuk membawa perubahan yang benar-benar berdampak?
PT Blue Bird Tbk, perusahaan yang telah lama dikenal sebagai penyedia layanan taksi, kini bertransformasi menjadi perusahaan mobilitas yang adaptif dan inovatif, dengan komitmen kuat pada keberlanjutan.
Sejak berdiri pada tahun 1972, Blue Bird tidak...