Profesi public relations kini ber-evolusi. Profesional public relations (PR) kini makin dituntut untuk tidak “sekedar” faham dan terampil berkomunikasi. Mereka juga mesti faham dan menguasai berbagai aspek, khususnya aspek bisnis dari perusahaan atau lembaga yang diwakilinya.
Pengalaman Adita Irawati — mantan Vice President Corporate Communications PT Telkomsel yang kini menjabat Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi — sebagai professional PR selama lebih dari 17 tahun khususnya di korporasi memberikan gambaran tentang pentingnya penguasaan hal-hal yang sifatnya di luar komunikasi.
“Hampir semua top eksekutif menuntut saya bisa menjadi mitra mereka dalam memutuskan berbagai isu-isu perusahaan dalam konteks untuk membangun reputasi maupun kelangsungan bisnis perusahaan,” kata Adita.
Ketika Mattel, Inc. mengumumkan penunjukkan Nancy Elder sebagai Chief Communication Officer (CCO), Oktober 2017 lalu, banyak orang yang semakin bahwa eksekutif di bidang komunikasi kini makin dituntut untuk mengusai bidang lain selain komunikasi. Mereka dituntut memiliki visi bisnis yang mumpuni sehingga bisa mengimbangi kontibusi ekskutif lainnya.
Dalam rilis yang dibagikan ke media, disebutkan bahwa Elder dan eskekutif lainnya bekerja sama dengan CEO Margo Georgiadis dan tim kepemimpinan Mattel. Mereka harus saling mendukung dalam melaksanakan strategi transformasi Mattel yang fokus pada penyampaian pertumbuhan yang makin tinggi dan berkelanjutan.
Sebagai CCO, Elder bekerja sama dengan Margo dan tim kepemimpinan untuk menentukan, membangun dan mempromosikan Mattel sebagai perusahaan terkemuka yang fokus pada pembelajaran global, pengembangan dan perusahaan mainan. Dia mengawasi semua aspek komunikasi, termasuk perusahaan, karyawan, merek, urusan pemerintahan, dan Yayasan Anak-Anak Mattel.
Sebelumnya, Elder adalah CCO di JetBlue Airways Corporation yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan melaksanakan strategi visi dan strategi reputasi yang komprehensif untuk merek serta mengelola hubungan media, komunikasi internal, media sosial dan komunikasi krisis. Dia sebelumnya memegang posisi pimpinan komunikasi dan pemasaran di MasterCard, GE, dan Time Warner. Elder saat ini menjabat sebagai anggota dewan JetBlue Foundation, GrowNYC dan the Montauk Playhouse Community Center Foundation.
Fenomena ini memberikan gambaran bahwa professional di bidang komunikasi haruslah mampu berbicara dalam berbagai bahasa (bilingual). Mereka harus lancar berbicara dengan bahasa public relations, idiom bisnis dan top eksekutif (C-suite).
Mengapa? Para top eksekutif perusahaan saat ini semakin membutuhkan professional PR yang bisa menjadi mitra berdiskusi, terutama untuk mengembangkan agenda setting perusahaan maupun mensikapi berbagai isu yang berpotensi mengancam perusahaan. “Indikator kinerja top eksekutif adalah kelangsungan bisnis perusahaan. Jadi tidak mungkin professional PR dapat memenuhi harapan itu jika mengimbanginya dengan penguasaan akan hal-hal tersebut,” kata Adita.
Menurut Adita, professional PR kini ada di era digital. Saat ini, semua stakeholders makin bebas “menguliti” perusahaan, karena makin banyak informasi dan referensi yang diperoleh. Komunikasi juga makin multi-arah. Stakeholders bisa menjadi “lebih pakar” dibandingkan profesional PR. Karena itu, jika para profesional ini tidak berusaha terus memperkaya diri dengan penguasaan terhadap bisnis perusahaan.
MIX.co.id – Pemerintah terus berupaya mendorong ekonomi digital dan ekonomi hijau berkembang pesat di Tanah…
MIX.co.id - United E-Motor kembali berpartisipasi di Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025. Brand motor…
MIX.co.id – Kamar Dagang Amerika di Indonesia (AmCham Indonesia) mengangkat Donna Priadi sebagai Managing Director…
MIX.co.id – Merasa nyeri otot setelah berolah raga atau melakukan aktivitas berlebih kerap dialami banyak…
MIX.co.id - Diplomat Success Challenge (DSC) Season 15 baru saja digelar Wismilak Foundation. Program kompetisi…
MIX.co.id - The Apurva Kempinski Bali berkomitmen menjalankan inisiatif keberlanjutan dalam praktik bisnisnya. Salah satunya,…