Melalui kegiatan-kegiatan ini, Telkom menunjukkan bagaimana CSR dapat dijadikan sebagai alat strategis yang tidak hanya memperbaiki citra perusahaan dan meningkatkan kepercayaan publik, tetapi juga mendukung pencapaian tujuan bisnis jangka panjang perusahaan.
Dalam konteks organisasi besar seperti Telkom, tanpa ada kerjasama dengan departemen lain seperti Pemasaran, IT, dan lainnya, pelaksanaan program CSR yang mengintegrasikan teknologi digital akan menghadapi berbagai tantangan.
Tanpa kerjasama antar-departemen, akan sulit untuk mencapai sinergi yang diperlukan antara tujuan teknologi dan CSR. Misalnya, departemen IT sangat penting untuk mendukung infrastruktur teknis dari inisiatif seperti pengembangan desa digital, sementara departemen Pemasaran dapat membantu dalam menyampaikan pesan dan manfaat program ke masyarakat luas.
Demikian pula dengan penggunaan sumber daya. Kurangnya kolaborasi dapat menyebabkan redundansi usaha dan penggunaan sumber daya yang tidak efisien. Misalnya, tanpa koordinasi yang efektif, bisa jadi ada lebih dari satu tim yang bekerja secara terpisah dengan tujuan yang sama namun dengan strategi yang berbeda, sehingga membuang waktu dan sumber daya.
Tanpa keputusan strategis dari pimpinan perusahaan, inisiatif seperti integrasi CSR dan teknologi digital yang dilakukan oleh Telkom tidak mungkin terjadi. Keputusan strategis dari pimpinan mencakup penentuan arah kebijakan, alokasi sumber daya, dan pengesahan program-program yang diusulkan oleh berbagai departemen. Ini adalah langkah penting yang menentukan prioritas dan mengarahkan seluruh organisasi menuju tujuan yang telah ditetapkan.
Praktek ini mencerminkan bagaimana hubungan masyarakat yang efektif dapat membantu perusahaan untuk berinteraksi lebih baik dengan pemangku kepentingannya dan berkontribusi secara positif terhadap masyarakat yang lebih luas.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Grunig pada tahun 2006, dan juga dari hasil Excellence Study, ditemukan bahwa organisasi yang menerapkan PR sebagai fungsi strategis cenderung mencapai keunggulan organisasional yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang memandang PR hanya sebagai fungsi teknis yang terbatas pada penciptaan pesan dan publisitas.
Studi ini mengkaji lebih dari 300 organisasi di Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada, dan menyimpulkan bahwa pendekatan strategis dalam PR memungkinkan organisasi untuk lebih efektif dalam mengelola isu-isu dan hubungan yang kritis bagi keberhasilan mereka.
Salah satu penerapan utama dari konsep ini adalah melalui program penelitian strategis yang melibatkan pemindaian lingkungan untuk mengidentifikasi dan memahami kebutuhan dan masalah publik yang emergen, segmentasi audiens untuk mengoptimalkan penargetan dan efektivitas komunikasi, serta evaluasi yang terus menerus untuk mengukur dampak dari kegiatan PR terhadap tujuan organisasi.
Program penelitian ini tidak hanya membantu dalam memahami dinamika eksternal yang mempengaruhi organisasi, tetapi juga dalam menyediakan data dan analisis yang mendukung pengambilan keputusan strategis di tingkat atas manajemen. Oleh karena itu, PR dalam konteks ini berfungsi sebagai jembatan antara organisasi dan lingkungan eksternalnya, memungkinkan adaptasi dan respons yang lebih baik terhadap perubahan dan tantangan.
Menerapkan PR sebagai fungsi manajemen strategis juga menuntut adanya kolaborasi erat antara departemen PR dengan divisi lainnya dalam organisasi. Ini memastikan bahwa semua aspek operasional organisasi selaras dengan strategi komunikasi dan hubungan masyarakat yang dirancang untuk mengoptimalkan keterlibatan dengan pemangku kepentingan dan mencapai tujuan bersama.
Secara keseluruhan, pandangan Grunig dan Excellence Study terhadap...