Menggandeng konsultan komunikasi atau agensi Public Relations (PR), sejatinya dapat membantu perusahaan dalam memaksimalkan kinerja brand, reputasi, maupun pesan brand yang akan disampaikan ke publik. Bahkan, konsultan komunikasi maupun PR dapat memberikan masukan atau ide, sehingga menambah perspektif perusahaan seputar dunia komunikasi maupun PR. Termasuk, membantu dalam hal kreativitas ketika perusahaan tidak memiliki waktu untuk memperoleh ide atau kreativitas.
Sayangnya, jika jalinan hubungan antara konsultan dan perusahaan tidak terstruktur dengan baik, maka akan mengganggu hubungan keduanya dalam bekerja. Sebaliknya, konsultan justru akan mengambil waktu banyak dari si klien (perusahaan), bahkan justru tidak mampu menolong perusahaan ketika mereka mengalami krisis.
Tak mengherankan, jika head of communication di sebuah perusahaan banyak mengeluh tentang konsultan PR dengan berbagai alasan. Antara lain, konsultan yang tidak mampu memahami bisnis perusahaan dengan cukup baik.
Berikut ini ada tiga cara untuk mengetahui apakah Agensi PR dan klien (perusahaan) berada dalam Bad PR Relationship.
#1 Kemitraan Bak “Partner in Crime”
Perusahaan tengah berada dalam Bad PR Relatioship ketika hubungan agensi PR dengan klien (perusahaan) bak “partner in crime”, bukan jalinan yang saling melengkapi dan fleksibel dalam bekerja saat menghadapi serangan krisis. Agensi PR harus mampu menciptakan komunikasi yang terbuka dengan klien mereka. Artinya, jika dengan komunikasi yang terbuka itu perusahaan dapat jujur dengan apa yang sedang mereka hadapi, maka agensi PR pun akan dapat membantu.
#2 Agensi PR Tidak Mampu Memberikan Alasan dari Rekomendasi yang Ditawarkan
Metrics (metrik) dan pengukuran semakin menjadi praktik standard bagi para profesional PR. Metrik atau alat ukur tidak hanya memandu pekerjaan atau memberikan apa yang agensi PR janjikan, tetapi juga harus membantu perusahaan dalam membuat keputusan. Haruskah Anda berinvestasi sangat besar untuk beriklan pada social campaign? Atau, apakah kampanye tersebut menjadi prioritas? Semua pertanyaan itu sangat penting untuk dijawab serta dapat mempertaruhkan investasi perusahaan. Jika saat ini perusahaan sedang ditawarkan berbagai rencana atau strategi oleh konsultan (agensi) PR yang tidak termasuk dalam metrik yang jelas, maka lebih baik rencana itu dikembalikan lagi ke agensi PR Anda. Mengapa? Karena, mereka harus dapat dengan jelas menunjukkan alasan mengapa mereka merekomendasikan strategi itu.
#3 Agensi PR Tidak Mampu Menjawab Kebutuhan Klien
Istilah PR tidak terbatas pada tugas bagaimana melakukan media pitching atau menulis beberapa konten. Konsultan atau agensi komunikasi yang pintar telah berevolusi sejalan dengan pergerakan dari kebutuhan klien mereka. Misalnya, dengan menambahkan spesialis dan ahli di platform atau saluran komunikasi terbaru, seperti digital. Hal itu penting, karena kebutuhan perusahaan saat ini sudah mengarah pada social media, strategi konten, platform eksklusif, media placement melalui iklan, komunitas, dan sebagainya. Artinya, jika agensi PR mencoba mencari cara-cara baru untuk bertumbuh, namun Anda sebagai agensi PR tidak mampu menawarkan layanan yang lebih luas sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan klien—yang mengarah pada digital misalnya—maka itu pertanda hubungan Anda dengan klien tidaklah baik.
Semua hubungan baik dibangun atas dasar kepercayaan dan kejujuran. Jadi, jika perusahaan tidak puas atau kewalahan dengan agensi PR, luangkan waktu untuk mencari tahu apa yang akan perusahaan lakukan ke depannya: Melanjutkan hubungan tersebut atau sebaliknya memilih untuk berpisah dengan agensi PR, untuk kemudian membuka diri untuk menjalin hubungan baru? (Sumber: www.adweek.com)