Peran Chief Executive Officer (CEO) sebuah perusahaan sebagai juru bicara di era digital tidak bisa ditampik menjadi suatu kebutuhan. Dikatakan oleh Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank BCA Tbk dalam sesi diskusi PR Of The Year 2015, "sebagai CEO penting dekat dengan media tapi lebih penting adalah mampu memberikan informasi secara tepat dan cepat."
Menurut Jahja, sebagai CEO, dalam menghadapi media ada dua hal yang harus dilakukan yakni sikap dari CEO tersebut dan menguasai permasalahan atau materi yang ditanyakan. "Sekarang bukan saatnya lagi, CEO tidak bicara, tapi juga harus bisa menguasai apa yang terjadi di perusahaan dan isu terkini," katanya.
Namun, ungkap Jahja, hal yang bersifat teknikal bisa diserahkan kepada tim corporate communication. Sejauh ini, sebagai pimpinan perusahaan, saya selalu siap sedia ditanya oleh media, tapi jika harus menjawab soal kebijakan (apalagi government policy) maka saya tidak akan menjawab.
Dengan kata lain, ucap Jahja, CEO harus bisa "ngerem" atau berhati hati terhadap ucapan dan pernyataan yang dapat berbuntut kontroversi. Apalagi jika perusahaan tersebut berbentuk perusahaan terbuka. Jika tidak bisa memberikan pernyataan sebaiknya seorang CEO tidak berkomentar.
Sementara itu, dalam acara yang sama, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Arif Wibowo mengatakan, "setiap CEO paling aman menyerahkan semua materi PR kepada tim corporate cimmunication, tipsnya CEO perlu berlatih dalam menghadapi wartawan. Knowledge dan Pemikiran yang strategis perlu kuat sehingga tidak merugikan seluruh komponen di perusahaan."
Sebagai pimpinan perusahaan, ucap Arif, ucapan CEO merupakan representasi kondisi dan situasi perusahaan, "sehingga jika CEO berbicara maka tidak ada bumper. Tapi kalau sudah terbiasa hal itu bukan masalah," tegasnya.
