USC Annenberg Center for Public Relations melalui 2019 Global Communications Report menyebutkan bahwa ke depannya, teknologi diprediksi akan digunakan lebih banyak oleh humas (hubungan masyarakat) untuk melakukan social listening, analisa kinerja website, dan manajemen media sosial.
Tren yang sama juga diprediksi akan terjadi di Indonesia. Menurut Jojo S. Nugroho, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI), penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam pekerjaan komunikasi dan pemasaran tak hanya terjadi di global, dalam setahun terakhir ini. "Di Indonesia, teknologi AI diprediksi juga akan digunakan untuk menjalankan intelijen bisnis dan pasar, melakukan diseminasi informasi, serta merencanakan marketing PR,” yakinnya.
Lebih jauh ia menerangkan, konsekuensi dari hal itu adalah semakin terintegrasinya pekerjaan humas dengan pekerjaan pemasaran dan penjualan, demi menjawab tantangan di dua tataran sekaligus, yakni korporasi dan konsumen. Itu artinya, intelijen bisnis yang lebih matang akan membantu perusahaan atau organisasi untuk menempatkan dirinya dengan lebih baik di tengah dinamika isu sosial.
"Praktisi humas harus mengembangkan kemampuan menerjemahkan data menjadi strategi dan aksi. Dengan menggunakan AI, humas dapat memberi masukan terhadap kebijakan, membantu keputusan-keputusan penting yang perlu diambil perusahaan, dan mendorong perubahan perilaku secara lebih tepat. Hal ini melampaui pembentukan kesadaran dan preferensi yang umumnya menjadi ranah humas selama ini,” paparnya.
Kendati teknologi data digital semakin dibutuhkan, diakui Jojo, keahlian dan keterampilan dasar kerja humas dalam hal hubungan antar manusia tetap tidak dapat ditinggalkan. “Alat-alat kerja terus berkembang dan menjadikan pekerjaan humas semakin efektif dan efisien. Namun, kecerdasan dan kebijaksanaan seorang praktisi humas tidaklah tergantikan oleh teknologi. Humas adalah salah satu profesi paling dinamis dan seni kehumasan tetaplah harus dipertahankan,” tukasnya.
Selain pemanfaatan teknologi AI, menurut Jojo, 2020 juga merupakan tahun bagi kolaborasi yang lebih erat. “Setiap agensi menawarkan sesuatu yang berbeda, tetapi hampir mustahil bagi satu agensi untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal. Agensi humas dapat saling mengisi dan mendukung satu sama lain sesuai dengan keahlian bidang masing-masing demi mencapai tujuan klien," ungkapnya.
APPRI juga memprediksi, ke depan, agensi yang berskala boutique akan semakin diminati karena sifatnya yang fleksibel, adaptif, kreatif, komunikatif dan kompetitif, serta berkualitas dalam merespon kebutuhan klien.