Untuk dapat membangun program-program Public Relations yang relevan dengan visi, misi, budaya, dan target perusahaan, para pengambil keputusan—baik di level Board of Director maupun di tim PR, harus mampu menerjemahkan rencana bisnis, rencana strategis, rencana jangka panjang, serta rencana kerja dan anggaran perusahaan, menjadi tujuan-tujuan PR.
Penulis: Dwi Wulandari/Peliput: Nurur R. Bintari, Shofa Tartila, W. Setiawan, Fahmi Abidin, dan Marina Silalahi
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan praktik Public Relations (PR) di Tanah Air memperlihatkan performa yang menggembirakan. Hal itu ditandai dengan makin banyaknya pemilik merek memanfaatkan kanal PR untuk mendongkrak kinerja merek atau membangun reputasi perusahaan. Indikasi lainnya adalah bertumbuh suburnya jasa konsultan maupun agensi PR.
Diakui Bambang Sumaryanto, dosen Universitas Indonesia dan LSPR-Jakarta yang selama puluhan tahun berkarir sebagai Direktur Komunikasi di multi national company, perkembangan PR di Indonesia sejalan dengan tren PR di tataran global. Di global, peran PR dalam meningkatkan kredibilitas perusahaan ataupun merek sudah semakin dibutuhkan. Penggunaan key opinion leader atau connector—baik media maupun non-media connector—semakin diperlukan guna mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap satu perusahaan atau produk.
“PR telah menjadi bagian integral dari komunikasi pemasaran. Khususnya dengan semakin tumbuhnya media sosial, PR berperan baik dalam hal edukasi maupun advokasi kepada konsumen, termasuk dalam menjalin hubungan dengan stakeholders untuk mengantisipasi issue yang berpotensi menimpa perusahaan. Komunikasi melalui iklan maupun duta-duta perusahaan sudah tak cukup. Apalagi dengan berkembangnya media sosial yang dengan mudahnya menyebarkan berbagai macam issue. Di sinilah tantangan utama para praktisi PR untuk mampu mengantisipasi kejadian atau issue yang berpotensi mengganggu kegiatan perusahaan dalam menjalankan misinya untuk mencapai tujuan perusahaan,” papar Bambang.
Sayangnya, sedikit perusahaan di Indonesia yang menyadari bahwa sudah seharusnya strategi PR sejalan dengan visi dan misi perusahaan, sehingga berdampak pada kinerja perusahaan. Indira Abidin, Chief Happiness Officer Fortune PR, menilai banyak kegiatan PR yang digelar perusahaan belum didasari oleh strategi perusahaan—antara lain berkaitan dengan visi dan misi perusahaan.
“Berlandaskan visi, misi, nilai, dan budaya perusahaan, seharusnya perusahaan menyusun rencana strategis PR, target pencapaian, dan KPI (Key Performance Indicators)-nya. Sebab, PR adalah salah satu elemen yang sangat penting untuk mencapai target tersebut. Ibarat tubuh, PR berperan sebagai darah yang membuat semua organ tubuh mendapat nutrisi yang cukup dan memiliki suasana yang kondusif untuk tumbuh kembang dan beregenerasi,” papar Indira.
Oleh karena itu, katanya, idealnya peranan PR dalam mencapai tujuan perusahaan adalah membangun hubungan baik yang saling menguntungkan, hingga berbuah pada dukungan, kepercayaan, reputasi, dan kesetiaan—di antaranya melalui program Internal PR, Marketing PR, Corporate PR, hingga Corporate Social Responsibility (CSR).
Melalui Internal PR, menurut Indira, karyawan akan menyadari visi misi organisasi/perusahaan, mengetahui apa saja yang dikerjakan rekan sekerja di seluruh tempat operasi, serta bangga dan termotivasi untuk menemukan passion dalam mencapai target yang ditentukan perusahaan. Lewat Marketing PR, lanjut Indira, konsumen percaya bahwa brand yang dijual adalah “brand gue banget”. Adapun melalui Corporate PR, seluruh stakeholders perusahaan dapat memahami dan menghargai berbagai capaian perusahaan.
Sementara itu, dengan komunikasi CSR, seluruh stakeholders dapat menikmati sekaligus menghormati perusahaan berkat kepedulian dan tanggung jawabnya.
Untuk dapat membangun program PR yang relevan dengan visi, misi, budaya, dan target perusahaan, dibutuhkan kontribusi pemikiran para pengambil keputusan—baik di level Board of Director (BOD) maupun di tim PR. Para pengambil keputusan diharapkan mampu menerjemahkan rencana bisnis, rencana strategis, rencana jangka panjang, serta rencana kerja dan anggaran perusahaan, menjadi tujuan-tujuan PR.
Seluruh tim PR pun perlu memahami benar visi, misi, budaya, dan target usaha, yang menjadi acuan dari seluruh kegiatan PR yang harus mereka rancang, implementasi, dan evaluasi setiap saat. “Namun, hal itu justru masih menjadi tantangan terbesar dari pembangunan kapasitas Human Capital di Indonesia. Kompetensi PR belum menjadi kompetensi yang dianggap penting untuk dimiliki oleh seluruh manajer madya. Padahal, setiap fungsi organisasi membutuhkan PR untuk bisa tumbuh kembang,” ungkap Indira menyayangkan.
Senada dengan Indira, menurut Bambang, saat ini PR...