Peserta PR of The Year 2025 mulai menunjukkan tren baru: memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) bukan hanya sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai narasi strategis komunikasi mereka.
.

.
Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah memengaruhi berbagai aspek komunikasi strategis, termasuk praktik public relations (PR).
Dalam presentasi peserta Public Relations of the Year 2025 yang berlangsung pada Selasa hingga Kamis pekan lalu, terlihat bahwa AI mulai diintegrasikan, baik sebagai bagian dari pesan komunikasi maupun sebagai alat bantu dalam operasional program PR.
Salah satu pendekatan yang terlihat adalah komunikasi strategis yang menyoroti keunggulan layanan berbasis teknologi canggih, termasuk AI dan pembelajaran kognitif.
Narasi ini digunakan untuk membentuk persepsi positif terhadap keandalan layanan digital, didukung oleh teknologi mutakhir, serta memperlihatkan kesiapan infrastruktur melalui tur fasilitas operasional digital yang mengedepankan kemampuan teknologi tersebut.
Selain itu, beberapa inisiatif memperlihatkan pemanfaatan AI sebagai isu utama dalam kampanye PR, khususnya terkait pembangunan ekosistem digital dan pengembangan talenta berbasis teknologi. Program ini diluncurkan melalui konferensi media dan aktivitas branding yang memperkuat posisi organisasi sebagai aktor strategis dalam transformasi digital nasional.
Namun demikian, adopsi AI dalam pelaksanaan teknis program PR seperti analitik sentimen otomatis, drafting konten, maupun otomasi pengelolaan media sosial, belum disebutkan secara eksplisit oleh sebagian besar peserta.
Hal ini konsisten dengan temuan Munandar dan Irwansyah (2020) yang mencatat bahwa penggunaan AI dalam PR masih terbatas pada tugas-tugas teknis, dan belum menyentuh aspek strategis secara luas.
Dalam konteks global, studi terbaru menunjukkan bahwa sekitar 73,5% praktisi PR telah mengadopsi alat AI generatif, dengan mayoritas menggunakannya untuk pembuatan konten media sosial, penulisan rilis pers, dan pengembangan strategi komunikasi (Cusnir & Neagu, 2024).
Meskipun demikian, sebagian besar profesional menekankan perlunya intervensi manusia dalam proses editorial dan verifikasi hasil yang dihasilkan AI.
Sejalan dengan itu, laporan lembaga profesi PR internasional...