Saatnya Fungsi Public Relations Menjadi Personal Relations

Anggapan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) adalah mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri) rupanya masih menjadi stigma di benak masyarakat maupun LSM. Maklum saja, dana CSR lebih mudah digelontorkan untuk setiap proposal yang diajukan. Demikian analisis Widi Nugroho Sahib, Head of PR and General Service SOHO Global Health.

Program "Pengobatan Gratis" SOHO jelang Ramadhan tahun ini. Program "Pengobatan Gratis" SOHO jelang Ramadhan tahun ini.

Pria yang kini juga menjabat sebagai Bendahara Umum Perhumas Pusat itu mengakui bahwa paradigma itu masih belum luntur di dunia CSR Tanah Air. Oleh karena itu, penting bagi berbagai pihak untuk menghapus stigma tersebut. Salah satunya, lewat peran serta para pelaku PR (Public Relations) di Indonesia.

Sayangnya, menurut Widi, sampai saat ini di Indonesia paradigma tentang fungsi PR masih belum bergeser. "Fungsi PR masih sebagai Public Relations, yang identik dengan seremoni dan diliput banyak media. Padahal, seharusnya fungsi PR sudah harus berubah menjadi Personal Relations, yang mampu menyentuh hati setiap orang secara personal. Oleh karena itu, penyebaran pesan pun harusnya tidak lagi broadcast, yang disebar secara massal. Tetapi, harus bergeser menjadi neurocast yang mampu menjangkau secara custome setiap benak audience," papar Widi.

Sejatinya, jika para pelaku PR di Tanah Air sudah memiliki kesadaran akan hal itu dan mereka sudah memiliki kompetensi sebagai Personal Relations, maka hal itu bisa menjadi senjata jitu dalam menghadapi persaingan pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN nanti.

Lantas, kompetensi apa yang harus dimiliki para pelaku PR untuk bisa menjalankan fungsi Personal Relations? Dijawab Widi, ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki pelaku PR. Pertama, seorang PR harus memiliki bakat melayani agar mereka mampu menyentuh hati setiap audience. Kedua, seorang PR harus memiliki bakat atau belajar menganalisa sekaligus memprediksi setiap langkah PR ke depannya. Termasuk, belajar writing and communication skill. Ketiga, seorang PR harus memiliki database untuk menjadi modal perencanaan program PR.

Sementara itu, perusahaan juga dapat berkontribusi lewat berbagai program PR maupun CSR. Antara lain, perusahaan dapat menghadirkan program CSR berkonsep 360 derajat yang mampu melibatkan seluruh stakeholder.

SOHO misalnya, pada hari ini (6/6) menggelar program "Pengobatan Gratis" kepada 200 warga Gunung Sahari, Jakarta--area di mana berdiri kantor salah satu anak usaha SOHO, PT Parit Padang Global. Di sana, SOHO melibatkan seluruh stakeholder, seperti warga, karyawan, mitra bisnis perusahaan distributor PT Parit Padang Global, hingga TNI Angkatan Laut.

"Pada program CSR ini, kami memanfaatkan momentum jelang Ramadhan. Melalui program ini, kami ingin membantu masyarakat yang akan menjalani ibadah puasa dengan stamina dan tubuh yang sehat," terang Widi.

Program "Pengobatan Gratis" seperti ini merupakan kali kedua yang digelar SOHO bagi warga Gunung Sahari, Jakarta. Sebelumnya, pengobatan gratis telah dilakukan pada bulan Oktober 2014 lalu. "Sebagai perusahaan farmasi, kami memang rutin menggelar program CSR yang terkait dengan isu kesehatan. Hal ini sejalan dengan corporate value SOHO yang ingin memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar," tutup Widi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)