Strategi Media Relationship ala BATAN

batan

Nuklir memang selalu menjadi isu yang sensitif di hampir semua negara, termasuk di Indonesia. Meskipun BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) sebagai instansi yang mengelola teknologi nuklir di Indonesia telah rutin melakukan sosialisasi sekaligus mengkomunikasikan manfaat dan pentingnya teknologi nuklir, namun ada banyak segmen yang masih kontra akan teknologi nuklir. Termasuk, segmen yang masih abu-abu soal pendapat pentingnya nuklir.

Diungkapkan Djarot Sulistio Wisnubroto, Kepala BATAN, kedua segmen itulah yang diincar BATAN untuk mensosialisasikan manfaat dan pentingnya teknologi nuklir. "Salah satu strategi mengkomunikasikan pesan-pesan terkait isu teknologi nuklir adalah dengan menggandeng media atau jurnalis sebagai mitra strategis kami," yakinnya.

Oleh karena itu, menurut Djarot, penting bagi BATAN untuk memperoleh insight dari media tentang kebutuhan informasi serta tingkat kepuasan media terhadap tim Humas BATAN. "Untuk itu, kami menggelar media gathering dengan mengundang berbagai media guna memperoleh insight mereka. Dengan membangun media relationship seperti ini, kami dapat mensosialisasikan isu-isu teknologi nuklir secara maksimal lewat media," lanjut Djarot, di sela-sela media gathering yang digelar hari ini (12/11) di Sentul, Bogor.

Dari pertemuan tersebut, sejumlah masukan dan insight diperoleh BATAN. Setidaknya, ada lima kebutuhan umum yang diperlukan media terkait pemberitaan, yang idealnya harus dipenuhi oleh setiap instansi atau perusahaan, termasuk oleh BATAN. Pertama adalah kemudahan akses media atau wartawan dalam mewawancarai narasumber. Terutama, kemudahan mewawancarai narasumber ketika mengkonfirmasi isu terkini.

Kedua, media membutuhkan rilis yang memiliki konten berbobot yang siap tayang. Maklum saja, tak sedikit perusahaan yang menghasilkan rilis dengan konten yang kurang berbobot, alias tidak ada "isi"-nya. Alhasil, rilis menjadi sia-sia karena tidak bisa dikutip untuk penulisan berita.

Ketiga, dibutuhkan huhungan baik antara tim humas dengan reporter, redaktur, hingga instansi media. Artinya, hubungan baik tidak cukup pada level reporter yang ada di lapangan. Oleh karena itu, program media visit menjadi salah satu cara yang efektif dalam menciptakan media relationship.

Keempat, menghadirkan isu-isu terkini atau up to date lewat media center. Informasi terkini dapat didistribusikan melalui digital media center maupun gerai media center yang dihadirkan di dalam perusahaan maupun instansi, terutama di kementerian.

Kelima, soal waktu dan venue penyelenggaraan jumpa pers atau press conference. Hal itu menjadi penting, karena dalam sehari wartawan tak hanya meliput di satu tempat. Artinya, dalam sehari wartawan bisa meliput di tiga tempat yang berbeda. Oleh karena itu, venue strategis di pusat Jakarta menjadi kebutuhan wartawan.

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)