MIX.co.id - Kemarau panjang yang tengah melanda, menjadi tantangan terbesar bagi hampir seluruh petani di Indonesia. Tanpa terkecuali, para petani di Desa Boti, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dengan kontur tanah yang berkapur dan berbatu, membuat area tanam mengering. Sementara itu, untuk membasahi area lahan, para petani Desa Boti masih menghadapi kesulitan air.
Namun, hal itu tak menyurutkan langkah masyarakat di desa terpencil di Pulau Timor itu untuk bertanam sayur. Didampingi para volunteer dari CIMB Niaga yang bermitra dengan Yayasan 1000 Guru, puluhan petani di Boti memilih lahan di kaki bukit yang terjal, persis di dekat sungai sebagai satu-satunya mata air yang dapat digunakan untuk mengairi perkebunan. Di lahan yang jaraknya lebih dari dua kilometer dari rumah mereka, sejumlah sayur mayur, seperti Sawi, Pokcoy, hingga Salada Air, berhasil mereka tanam.
“Hari ini menjadi panen kedua bagi kami. Sebelumnya, kami sudah panen pertama. Hasilnya, selain untuk dimakan, panen ini juga bisa bantu ekonomi kami sehari-hari. Satu bonggol sawi ini, kami bisa jual Rp 10 ribu,” cerita Lidia, petani beranak tiga yang telah memiliki dua orang cucu, di sela-sela memanen sayur besama Tim Volunteer dari CIMB Niaga, pada pertengahan November ini (18/11).
Ratri Lastiningrum, Community Development Specialist CIMB Niaga, mengatakan, ada empat pilar Corporate Social Responsibility (CSR) dari CIMB Niaga, yakni Pendidikan, Pemberdayaan Ekonomi, Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, serta Iklim dan Lingkungan. “Di program Beasiswa CIMB Niaga, kami tidak hanya fokus pada pengembangan diri akademik, tetapi kami juga memberikan life experience kepada para penerima beasiswa untuk menjadi sukarelawan atau volunteer di berbagai program CSR CIMB Niaga, salah satunya program pemberdayaan ekonomi para petani di Desa Boti,” ucapnya.
Lebih jauh ia menerangkan, Tim CIMB Niaga bersama para penerima beasiswa memberikan donasi bibit tanaman kepada pada petani di Suku Boti, untuk kemudian mengajak 20 petani membuka lahan pertanian di lingkungan mereka untuk berkebun dengan bibit yang telah diberikan. Program berkebun itu sudah dimulai pada Oktober 2023 dan akan berlanjut hingga Februari 2024.
Sebagai program berkelanjutan, pasca menanam hingga panen, tim lapangan dari Yayasan 1000 Guru akan mendampingi serta memonitor hasil program. Ditambahkan Jemi Ngadiono, Founder 1000 Guru, “Selama musim kemarau ini, untuk sementara mereka berkebun sayur di area dekat sungai. Namun, begitu musim penghujan, para petani akan berkebun sayur di halaman pekarangan rumah mereka. Sementara itu, untuk setiap petani yang berhasil memanen, kami memberikan apresiasi kepada mereka berupa 10 kg beras.”
Ditambahkan Ratri, CIMB Niaga berharap, melalui program berkebun, ekonomi para petani di suku Boti sebagai penerima manfaat, dapat meningkat. “Selain itu, kami berharap 20 petani yang mengikuti program berkebun sayur ini dapat menularkan hal ini ke komunitas di sekitar mereka,” harapnya.
Selain program Pemberdayaan Ekonomi Petani, terkait pilar CSR Iklim dan Lingkungan—yang notabene sejalan dengan poin ke-13 SDGs (Sustainable Development Goals): Penanganan Perubahan Iklim—CIMB Niaga juga menggelar program Bersih-Bersih Pantai di pantai Kolbano, Kupang, NTT. Kali ini, tak hanya mengajak para penerima beasiswa sebagai volunteer, CIMB Niaga juga mengajak sejumlah medical warrior yang tergabung dalam Kejar Mimpi Warrior untuk menjadi volunteer.
“Di program ini, para penerima beasiswa maupun Kejar Mimpi Warrior CIMB Niaga melakukan edukasi kepada anak-anak pesisir yang tinggal di daerah Pantai Kolbano, Kupang, untuk menjaga kebersihan pantai Kolbano dari sampah plastik dan memanfaatkan pengumpulan sampah plastik menjadi suatu nilai ekonomis. Edukasi dikemas secara fun, dengan menghadirkan games seputar lingkungan. Selanjutnya, kami melakukan aksi bersih pantai dengan mengumpulkan sampah yang terserak di area pantai,” pungkas Ratri.