The Best Social Campaign
Indonesia’s Best Corporate Social Initiative 2017
Sejak 2013, Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation memiliki komitmen untuk menumbuhkembangkan para pelaku dan ekosistem wirausaha sosial (social entrepreneurs) di dalam negeri melalui program “Force for Good”. Program ini tak lepas dari fakta masih sedikitnya penggiat wirausaha sosial di Indonesia; terbatasnya pengetahuan dan pemahaman dalam membangun dan mengembangkan wirasuaha sosial yang berkelanjutan; serta adanya ketakutan akan gagal terhadap wirausaha sosial.
Oleh karena itu, pada Januari 2017 lalu, Bank DBS meluncurkan buku panduan digital berjudul “Berani Jadi Wirausaha Sosial?” Buku panduan online tersebut dapat diunduh secara gratis oleh masyarakat. Buku tersebut merupakan kolaborasi antara Bank DBS Indonesia dan UKM Center-Fakultas Ekonomi Budaya Universitas Indonesia.
Buku panduan online tersebut berisi kiat-kiat, definisi, dan tahapan bisnis wirausaha sosial. Termasuk, artikel-artikel tentang kewirausahaan sosial yang informatif serta kisah suskes dari para wirausahawan sosial yang selama ini dinaungi oleh Bank DBS Indonesia.
Objektif dari program ini adalah buku tersebut dapat menjadi sumber panduan yang bermanfaat; dapat menginspirasi dan memotivasi para pelaku dan calon pelaku UKM di Indonesia untuk mau berwirausaha sosial; membangun awareness kepada masyarakat akan komitmen Bank DBS Indonesia terhadap kewirausahaan sosial; serta menjadi insipirasi bagi masyarakat luas tentang pentingnya peranan wirausaha sosial bagi penyelesaian isu sosial-masyarkat.
Target utama dari program ini adalah pelaku UKM dan wirausaha sosial berusia 15 hingga 34 tahun, alias generasi millennial yang memang tak terpisahkan dari teknologi dan internet. Mereka juga sudah tumbuh jiwa start-up-nya. Target lainnya adalah masyarakat luas yang memiliki ketertarikan dengan kewirausahaan sosial.
Sejumlah strategi dijalankan untuk mengeksekusi program tersebut. Pertama, menjalin kemtiraan dengan berbagai pihak yang ahli di bidang kewirausahaan sosial, seperti pelaku wirausaha sosial, venture capital, UKM Center Fakultas Ekonomi Budaya UI, Bappenas, lembaga non profit, konsultan bisnis, dan sebagainya. Kedua adalah menggelar roadshow ke berbagai daerah dengan melibatkan 20 wirausaha sosial daerah.
Adapun strategi komunikasi dan pemasaran buku panduan digital adalah dengan menggunakan strategi komunikasi pemasaran terintegrasi. Mulai dari pendekatan Public Relations (PR), media konvensional, digital, dan aktivasi. Misalnya, talkshow di radio, sebar flier di berbagai titik, hingga kampanye digital. Selain itu, untuk mengkampanyekan buku panduan digital ini, Bank DBS juga memanfaatkan komunitas dan endorser seperti key opinion leader.
Sementara itu, untuk pendekatan PR, Bank DBS juga menggelar program media gathering dalam bungkus “Speed Dating”. Pada kesempatan itu, media mendapat kesempatan untuk bertemu langsung dengan para social entreprenuer dalam jamuan makan.
Total bujet yang dikeluarkan untuk program tersebut mencapai Rp 600 juta. Bagaimana dengan hasilnya? Bank DBS cukup happy, dibuktikan dengan 12 ribu pengunduh dari buku panduan online “Berani Jadi Wirausaha Sosial.” Selain itu, tercipta percakapan positif yang mencapai lebih dari 72 ribu, dengan totalengagement 72 ribu lebih. Dampak lainnya adalah mendapatkan mediaexposure dengan PR value senilai Rp 2,98 miliar. Bahkan, ada 26 proposal wirausaha sosial yang diajukan untuk memperoleh pendanaan selepas program ini. Istimewanya, Bank DBS Indonesia mendapat kepercayaan dari Kementrian Keuangan RI dalam acara Dharmawanita Fest pada Mei 2017 lalu untuk mengirimkan tiga pewakilan mitra wirausaha sosialnya—dimana salah satunya berhasil menjadi pemenang yang kemudian berkesempatan pameran di Kanada pada Agustus 2017 mendatang.
Juri M. Gunawan Alif, Ketua Indonesia CSR Society dan Vice Rector Sampoerna University, menilai program ini relevan dengan bisnis Bank DBS. Karena itu, katanya, program ini perlu di-support lebih lanjut. “Jangan sekadar ad hoc,” tuturnya. (Dwi)