Efektivitas Program CSR untuk 'Engage' Karyawan

Ada tuntutan besar dari para stakeholder di sejumlah perusahaan di Singapura untuk mengoperasikan bisnisnya yang berbasis sosial dan lingkungan yang bertanggung jawab, antara lain melalui aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR). Perusahaan yang merespon secara proaktif dari pada secara reaktif terhadap tuntutan stakeholder tersebut diyakini akan memperoleh deretan benefit yang signifikan.

CSR Ada tujuh kunci penting yang perlu diperhatikan perusahaan untuk meningkatkan engagement karyawan melalui program CSR.

Suatu penelitian menunjukkan, organisasi yang benar-benar melibatkan karyawannya dalam program CSR cenderung mampu: menarik SDM berkualitas yang mau bergabung dengan perusahaan yang bertanggung jawab; mempertahankan SDM berkualitas sekaligus meningkatkan kesetiaann karyawan; tingkat keabsenan karyawan lebih rendah dengan meningkatkan tingkat engagement sesama karyawan; berinovasi lebih untuk memperoleh keuntungan yang kompetitif dimana karyawan adalah sumber ide untuk keberlanjutan; dan mampu menjaga reputasi sekaligus branding perusahaan, dalam hal ini karyawan merupakan touch point yangmencerminkan budaya perusahaan kepada konsumen, mitra bisnis, dan masyarakat.

Jika dikaitkan dengan CSR, setidaknya ada tujuh kunci penting yang perlu diperhatikan perusahaan untuk meningkatkan engagementkaryawan melalui program CSR. Pertama, dukungan top management. Agar program CSR benar-benar tertanam dalam suatu perusahaan, dukungan manajemen teratas sangat penting. Misalnya dengan membentuk struktur formal seperti divisi program CSR yang berfungsi untuk mengaktifkan sinergi antara manajemen teratas dengan tim penasihat. Dengan begitu, karyawan akan lebih tertarik untuk terlibat dalam program CSR jika para pimpinan mereka sendirilah yang menjadi role model-nya, dan memperlakukan karyawan sebagai mitra dalam proses menciptakan value, membangun kepercayaan dan transparansi dalam organisasi.

Kedua, menciptakan kesepahaman tentang CSR. CSR bisa berarti hal yang berbeda untuk orang yang berbeda. Kunci kesalahpahamannya adalah jika CSR diartikan sebatas tentang memberikan sedekah atau filantropi. Oleh karena itu, baik top management maupun manajer CSR harus benar-benar paham konsep seperti ISO 26000 yang merupakan pedoman kegiatan amal perusahaan agar semakin bertanggung jawab secara lingkungan, sosial dan secara etika. Hal ini akan membantu menciptakan kesepahaman tentang arti CSR bagi perusahaan.

Ketiga, menyelaraskan CSR dengan HRR. Fungsi Human Resources (HR) bisa digabungkan sebagai sosok pendukung baik untuk CSR hingga ke seluruh organisasi. HR juga dapat diselaraskan dengan target perusahaan yang berkesinambungan dalam beberapa area, seperti menetapkan kode etik karyawan; perekrutan SDM; orientasi, pelatihan, dan pengembangan karyawan; menghubungkan kinerja berkelanjutan untuk penilaian; memperoleh feedback dari karyawan untuk mendapat inisiatif yang berkesinambungan; dan melakukan wawancara keluar untuk mengukur persepsi nilai CSR yang dilakukan perusahaan.

Keempat, komunikasi dan edukasi. Komunikasi dan edukasi tentang CSR adalah sebuah proses yang terus menerus bagi karyawan. Penting untuk melibatkan dan mengajak mereka ke level yang lebih lanjut, misalnya mulai dari yang tadinya tidak peduli terhadap pesan CSR, menjadi peduli, lalu pemahaman mereka jadi meningkat, lalu jadi percaya dan mau berkomitmen untuk beraksi.

Kelima, menciptakan 'green' office. Saat perusahaan sudah lebih maju dalam hal operasional, pabrik, proses, dan sudah memiliki rantai pasokan secara eksternal, hal ini bisa berarti 'di luar perkiraan' dan di luar dugaan' bagi banyak karyawan. Sebuah kantor 'hijau' adalah cara yang tepat untuk mendemonstrasikan praktik CSR di tiga area. Pertama, untuk konservasi sumber daya dalam mengurangi emisi karbon, misalnya dalam penggunaan energi, air, kertas, dan udara. Kedua, mendukung kebiasaan pribadi yang ditunjukkan karyawan dalam kehidupan pribadi mereka sehari-hari. Ketiga, mendesain ruang kantor dan menetapkan kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas fisik, mental dan emosional karyawan.

Keenam, melakukan aksi amal. CSR sering disalahartikan sebagai filantrofi atau aksi amal. Sama pentingnya ketika strategi yang dibuat perusahaan akan masuk akal jika dampak lingkungan dan sosial dari kegiatan intinya dapat tercapai. Perusahaan yang benar-benar mendukung aksi amal diyakini akan menciptakan engagement dan retensi karyawan yang lebih tinggi. Artinya, ada banyak manfaat ketika perusahaan benar-benar mendukung CSR.

Ketujuh, stakeholder engagement. Karyawan adalah touchpoint penting bagi sejumlah stakeholder, baik interaksi dengan para investor, rantai pasokan, konsumen, LSM, komunitas, masyarakat (termasuk keluarga dan kerabat karyawan), media, dan lainnya. Budaya perusahaan yang berorientasi ke CSR akan sangat membantu terutama dalam merespon ketika krisis. Hal tersebut juga akan memudahkan perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif, khususnya ketika karyawan dibimbing untuk berkomunikasi dengan pelanggan, mitra bisnis, LSM, dan masyarakat. Selain itu, juga bisa memahami dimana letak kebutuhan stakeholder.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)