Sukses menggelar program Corporate Social Responsibility (CSR) “Bali Beach Clean Up”, akhir tahun 2014 lalu Coca-Cola Amatil Indonesia menggelar program CSR anyarnya, “Coca-Cola Forest”. Program tersebut, dijelaskan President Director Coca-Cola Amatil Indonesia Kadir Gunduz, merupakan salah satu komitmen dari Coca-Cola dalam mengembalikan air ke alam. Lantaran, Coca-Cola adalah perusahaan yang menggunakan air untuk produksi aneka brand-nya.
Serupa dengan program-program CSR sebelumnya, program Coca-Cola Forest dikemas secara berkelanjutan dengan memberdayakan masyarakat sekitar atau community development.
Sejatinya, program Coca-Cola Forest adalah salah satu wujud empat pilar program CSR yang dimiliki Coca-Cola, yakni pilar Environment (melindungi dan melestarikan lingkungan), Marketplace (mendukung pengembangan peluang-peluang ekonomi), Workplace (mempertahankan budaya kerja dan nilai-nilai positif di kalangan karyawan), dan Community (berkontribusi terhadap perkembangan sosial masyarakat di mana Coca-Cola beroperasi).
“Program Coca-Cola Forest adalah kegiatan CSR yang digelar di area pabrik Coca-Cola, dengan memanfaatkan lahan kosong atau green area di sana,” kata Kadir dalam sambutannya saat pembukaan Coca-Cola Forest hari ini (2/12) di Pabrik Coca-Cola di Sumedang, Jawa Barat.
Dipaparkan Kristy Nelwan, Head of Corporate Communications Coca-Cola Amatil Indonesia, untuk program Coca-Cola Forest di pabrik Sumedang tersebut, Coca-Cola memanfaatkan ampas dari Freastea untuk dibuat kompos. “Selanjutnya, kompos itu kami gunakan untuk membibit baby trees dari pohon Sengon. Proses tree nursing di atas polybag, kami menggunakan bekas botol PET produk kami. Setelah pohon Sengon setinggi 30-60 cm, maka selanjutnya akan kami donasikan untuk ditanam di area Bandung dan Sumedang yang sudah mengalami kegundulan,” tutur Kristy.
Guna mensukseskan program tersebut, Coca-Cola bekerja sama dengan sejumlah pihak seperti Karang Taruna, pemerintah lokal, serta komunitas setempat. “Target kami, ada 20 ribu Sengon tiap bulannya yang kami donasikan untuk area Bandung dan Sumedang. Selain menghadirkan area Coca-Cola Forest seluas 0,7 hektar di area pabrik di Sumedang, kami juga menjadikan Coca-Cola Forest sebagai media edukasi. Masyarakat dapat mengunjung Coca-Cola Forest untuk dapat belajar bagaimana cara membuat kompos, hingga menanam dan memelihara pohon,” ungkap Kristi.
Sebelum Coca-Cola Forest di Sumedang, ditegaskan Ardhina Zaiza, CSR Specialist Coca-Cola Amatil Indonesia, program tersebut pertama kali digelar di pabrik Coca-Cola di Lampung. Sebagai pilot project, konsep program Coca-Cola Forest di Lampung berbeda dengan yang di Sumedang. “Di atas lahan 2 hektar green area, kami sudah menanam 2.800 pohon Jabon. Lima tahun ke depan, kayunya dapat di panen dan dijual. Dan, hasil penjualannya akan kami gunakan untuk memperbaiki infrastruktur di tujuh sekolah di daerah pabrik,” terang Ardhina.
Program Coca-Cola Forest di Lampung menggandeng komunitas setempat, antara lain Forum Guru, yang turut membantu merawat pohon Jabon tersebut. “Selain itu, Coca-Cola Forest di Lampung juga dijadikan sekolah alam bagi para siswa. Mereka dapat melakukan workshop di Coca-Cola Forest setiap bulannya,” lanjutnya.
Tahun 2016, diungkapkan Kristy, program Coca-Cola Forest akan diimplementasikan di pabrik Coca-Cola di Semarang. “Semarang lahannya lebih luas, sekitar 3 hektar. Kemungkinan konsep yang akan diberlakukan mirip dengan program yang di Lampung. Intinya, setiap program Coca-Cola Forest akan disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter masing-masing area-nya,” jelas Ardhina, yang menyebutkan bahwa parbik Coca-Cola lainnya seperti Medan, Cibitung (Bekasi), Cikedokan (Bekasi), Surabaya, dan Bali rencananya juga akan diterapkan konsep Coca-Cola Forest.