Program Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam boleh jadi merupakan program Corporate Social Responsility (CSR) andalan Unilever Indonesia. Melalui Yayasan Unilever Indonesia, Unilever Indonesia melaksanakan program pengembangan komunitas petani kedelai hitam sejak tahun 2001.
Menyadari bahwa perempuan memiliki potensi untuk mendorong kemajuan masyarakat, Unilever pun merilis Program Pemberdayaan Perempuan Saraswati sejak tahun 2006 untuk memperkuat Program Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam. Dengan demikian, kedua program tersebut dapat memberikan perbaikan taraf hidup keluarga petani secara menyeluruh.
Program tersebut, sejatinya, terbentuk atas dasar kesadaran Unilever bahwa operasi bisnisnya memiliki dampak yang signifikan bagi kehidupan para petani yang terlibat di dalam rantai produksi, salah satunya produksi Kecap Bango.
General Manager Yayasan Unilever Indonesia Sinta Kaniawati mengatakan, “Sejalan dengan salah satu pilar Unilever Sustainable Living Plan (USLP) untuk meningkatkan penghidupan masyarakat, Yayasan Unilever Indonesia yang selama 15 tahun menjadi perpanjangan tangan dari Unilever Indonesia melaksanakan program pengembangan komunitas petani kedelai hitam. Kami menyebutnya istimewa karena program ini bukan saja mengembangkan petani kedelai hitam, melainkan turut menggandeng dan memberdayakan ribuan perempuan. Mulai dari buruh tani, istri petani, dan kelompok sortasi kedelai hitam yang terlibat dalam kegiatan pemilahan kedelai hitam fase paska panen.”
Menurut Sinta, inisiatif itu bermula ketika Yayasan Unilever Indonesia menjalankan program pengembangan petani kedelai hitam di tahun 2001 untuk menghasilkan kedelai hitam bermutu tinggi kultiver Malika. Program tersebut dilakukan melalui kemitraan dengan tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada. “Program pembinaan petani kedelai hitam meliputi penyediaan benih unggul, bantuan akses keuangan, teknik penanaman dengan prinsip pertanian berkelanjutan, pendampingan teknis di lapangan, serta jaminan pasar yang pasti bagi hasil panenan mereka,” cerita Sinta.
Hasilnya, kesuksesan Malika tidak hanya membawa dampak positif bagi kehidupan para petani. Namun, juga telah membuka kesempatan bagi para ibu untuk berkembang dan tidak terbatas pada urusan domestik.
Memberdayakan perempuan diyakini Unilever dapat membawa kebaikan bagi komunitas secara keseluruhan untuk makin mengukuhkan pemberdayaan komunitas petani. Untuk itu, Yayasan Unilever Indonesia kemudian menggandeng mitra-mitra lokal seperti PERSADA, Spektra, dan ASSPUK dan untuk menjalankan Program Pemberdayaan Perempuan Saraswati yang saat ini menyertakan tiga (3) aspek pembangunan. Yaitu, Pengembangan Diri, Pengembangan Ekonomi dan Sosial, dan Pengembangan Organisasi yang mendorong terbentuknya Kelompok Usaha Bersama (KUB), Lembaga Keuangan Perempuan (LKP), dan Kelompok Wanita Tani (KWT).
Selanjutnya, di tahun 2014, program Pemberdayaan Perempuan Saraswati diperkaya menjadi program yang terintegrasi dari aspek Sosial-Ekonomi-Lingkungan yang selaras dengan Unilever Sustainable Living Plan. Obyektifnya, guna menciptakan inclusive business model untuk memperkuat UKM dari para kelompok perempuan tersebut.
Program Pemberdayaan Perempuan Saraswati telah tersebar di Bantul dan Kulon Progo, Ngawi, Pacitan, Pekalongan, dan Banjarnegara. Hingga tahun 2014, Yayasan Unielver Indonesia telah membina 90 kelompok petani perempuan, meliputi 3.300 perempuan yang tergabung dalam termasuk 10 Kelompok Usaha Bersama (KUB), Kelompok Wanita Tani (KWT), dan Lembaga Keuangan Perempuan (LKP).
“Kami berharap Program Pemberdayaan Perempuan Saraswati yang telah berjalan selama hampir 10 tahun dapat terus memberdayakan perempuan sebagai usaha dalam mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera,” Sinta menutup.