Danone Gelar Edukasi Gizi dan Pola Asuh

Danone Indonesia bersama mitra program Yasmina Foundation menggelar Sosialisasi Pola Asuh dan Isi Piringku 4-6 tahun kepada guru dari 75 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di 10 Kecamatan di Jakarta Timur.

Wailayati Ningsih, Health and Nutrition Sustainable Development Manager Danone Indonesia, menjelaskan lembaga pendidikan memiliki peran besar dalam menentukan pembelajaran anak, termasuk edukasi mengenai gizi seimbang dan perilaku hidup bersih sehat.

Edukasi Pola Asuh dan Isi Piringku 4-6 tahun di Jakarta Timur sebagai perwujudan misi kami untuk membawa kesehatan melalui makanan ke sebanyak mungkin masyarakat,” ujarnya kepada media saat kegiatan edukasi, Senin (9/12).

Kegiatan merupakan bagian dari program edukasi berkelanjutan dari Danone Indonesia yang baru-baru ini mendapatkan penghargaan CSR dari Kementerian Kesehatan Award 2019. Edukasi yang konsisten kepada anak-anak dalam institusi pendidikan dini diharapkan dapat menumbuhkan kebiasaan hidup sehat yang dapat diteruskan hingga ia dewasa nanti.

Anna Surti Ariani, Praktisi Psikologi Klinis menjelaskan, orang tua memiliki peran yang besar dalam mendukung masa depan si Kecil, terutama pada masa tumbuh kembang anak. Hal ini karena pemenuhan nutrisi di awal kehidupan membutuhkan pola asuh yang baik dari orang tua.

Menurut Ahli Gizi Dian Kusumadewi, periode emas tumbuh kembang anak-anak ada dalam rentang 1.000 Hari Pertama Kehidupan. Kebiasaan konsumsi gizi yang baik perlu dipertahankan, bahkan saat anak sudah menginjak usia 4-6 tahun.

Program edukasi mendapat apresiasi dari semua pihak, baik dari jajaran pemerintah kotamadya Jakarta Timur maupun dari para guru PAUD. Mereka berharap program dapat terus berlangsung dengan sasaran semakin luas. “Saya berharap sinergi seperti ini dapat dilakukan dengan frekuensi dan durasi yang lebih lama lagi,” kata Siti Lestari, Perwakilan Guru PAUD dari Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.

Di Jakarta Timur tercatat ada sebanyak 4.857 balita sangat pendek dan 5.628 balita pendek di 10 kecamatan. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh kekurangan akses pangan bergizi, ketidaktahuan mengenai gizi, hingga kurangnya akses air bersih, sanitasi, dan perilaku hidup bersih sehat. ()

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)