MIX.co.id – Sektor pariwisata di wilayah Kenegerian Sihotang, Sumatera Utara, sangat potensial. Pada tahun 2022 misalnya, jumlah wisatawan meningkat dua kali lipat mencapai angka 860.892 wisatawan, bila dibandingkan pada tahun 2019 sebesar 418.2711 wisatawan.
Sayangnya, potensi tersebut menghadapi tantangan, seperti pengelolaan sampah dan bahan pangan. Sampah sebanyak 180 kg/hari yang dihasilkan dari pariwisata saat high season, dibakar secara terbuka atau dibuang ke sungai dan danau. Hal ini lantaran jarak wilayah yang jauh dari kota dan kondisi jalan yang belum memadai untuk penjemputan sampah. Selain itu, sebanyak 50-70 kg/minggu komoditi lokal pisang Singali-ngali siap panen terbuang sia-sia.
Menyadari kondisi tersebut, GoTo Impact Foundation (GIF), organisasi penggerak dampak yang didirikan oleh Grup GoTo, bersama konsorsium changemakers dari Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) meluncurkan proyek percontohan “Samosir Mallatam”. Proyek ini bertujuan untuk mengelola sampah dan mengolah pangan lokal guna memberikan manfaat ekonomi di destinasi wisata Kenegerian Sihotang.
Chairperson GIF, Monica Oudang, menyampaikan bahwa untuk menghasilkan perubahan sistemik jangka panjang diperlukan upaya gotong royong yang melibatkan masyarakat dan pemerintah lokal, serta startup dan organisasi masyarakat sipil.
“Oleh karena itu, GIF menghadirkan CCE yang menggunakan pendekatan innovation ecosystem sebagai cara baru untuk menjawab permasalahan dan potensi di Kenegerian Sihotang,” ujarnya dalam keterangan pers, Rabu (24/1), di Kenegerian Sihotang, Sumatera Utara.
Sejak Maret 2023 lalu, CCE menggabungkan 50 changemakers (pembawa perubahan), yang terdiri dari organisasi masyarakat sipil yang dekat dengan masalah di lapangan serta startup sebagai pembuat model bisnis sekaligus penyedia teknologi.
Para changemakers kemudian masuk ke dalam CCE Lab untuk mendapatkan pengembangan kapasitas dan berkolaborasi membentuk konsorsium untuk menyusun solusi inovatif. Dari 16 solusi yang tercipta, tiga di antaranya terpilih untuk diimplementasikan melalui proyek percontohan.
Salah satu konsorsium terpilih, yang beranggotakan Roda Hijau dan Aksata Pangan, bergerak bersama Pemerintah Kabupaten Samosir dan jajaran dinas, Kecamatan Harian, Desa Hariara Pohan, Desa Siparmahan, Desa Dolok Raja, Desa Sampur Toba, dan Politeknik Wilmar Bisnis Indonesia, untuk menjalankan proyek “Samosir Mallatam” guna mengurangi potensi kerusakan lingkungan, sekaligus meningkatkan penghidupan masyarakat melalui pelibatan ke dalam rantai nilai pariwisata.
Laurence Ricardo P. Simanjorang, perwakilan dari konsorsium penggagas “Samosir Mallatam” menjelaskan, selama kurun waktu setahun proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, ekonomi kelompok yang terlibat, dan jumlah sampah yang terkelola, serta mengurangi potensi limbah dari bahan pangan melalui tiga solusi utama.
Ketiga solusi utama itu adalah Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) yang terintegrasi, termasuk pengangkutan, pemilahan, serta pengelolaan sampah; Pembangunan Sopo Pangan sebagai tempat pengolahan komoditas pangan lokal seperti pisang Singali-ngali menjadi produk bernilai ekonomi; dan Pendampingan pelatihan untuk memastikan solusi inovatif dapat dijalankan oleh kelompok masyarakat setempat.
Hingga 2025, konsorsium “Samosir Mallatam” menargetkan jumlah sampah anorganik yang diangkut sebesar 80%, jumlah sampah terkelola sebesar 100% dari total yang diangkut, dan pengurangan potensi susut pangan pisang Singali-ngali saat musim panen dengan total sebesar 2 ton.
Wakil Bupati Samosir, Martua Sitanggang, mengapreasiasi proyek “Samosir Mallatam.” “Saya berharap area lain juga bisa turut bergotong royong sehingga lebih banyak destinasi wisata yang bertumbuh, masyarakat yang sejahtera, dan lingkungan yang lestari,” harapnya.
“Kelompok kami terbentuk karena kami semua memiliki semangat yang sama, yaitu menjadikan desa ini sebagai destinasi wisata yang ramah lingkungan. Setelah konsorsium tidak lagi berada di sini, kami siap untuk meneruskan tongkat estafet ini," timpal Piatur Sihotang, Ketua Kelompok Pengelola Desa Wisata Hariara Pohan.
Monica menyatakan harapan bahwa CCE dan proyek “Samosir Mallatam” bisa mendorong Kenegerian Sihotang menjadi lingkungan yang bebas sampah dan dapat mendorong perkembangan ekonomi melalui pengolahan pangan lokal.”
Pada kesempatan itu, ia mengajak semua elemen masyarakat untuk Bergerak, Berdampak, Bersama, merevolusi pengelolaan sampah di destinasi wisata di Indonesia dan menciptakan masa depan yang lestari melalui intervensi ekonomi sirkular. ()