MIX.co.id - Organisasi nirlaba pembawa perubahan dari GoTo Group, Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), berinisiatif menggelar “Changemakers Nusantara”. Resmi dihadirkan pada Maret ini, “Changemakers Nusantara” merupakan inisiatif yang menggerakkan para changemakers (pembawa perubahan) untuk berperan aktif membawa perubahan bagi masyarakat dan lingkungan.
Objektif dari inisiatif “Changemakers Nusantara” adalah untuk mengumpulkan para pembuat perubahan, baik individu ataupun kelompok yang berasal dari beragam latar belakang dan budaya, dari Sabang hingga Merauke. Para changemakers tidak sekadar memiliki ide, namun inisiatif yang dijalankan telah menciptakan perubahan bagi masyarakat dan lingkungan secara nyata.
Dituturkan Monica Oudang, Chairwoman Yayasan Anak Bangsa Bisa, YABB hadir untuk menjadi katalisator bagi para changemakers saat ini dan menyiapkan generasi penerus changemakers masa depan. “Kami percaya bahwa manusia yang memiliki pola pikir dan karakter sebagai pembawa perubahan adalah kunci untuk mendobrak batasan dalam memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan," yakinnya.
Lebih jauh ia menegaskan, tingkat pengangguran yang relatif tinggi, kesulitan mengakses air bersih, serta meluasnya dampak bencana akibat kerusakan lingkungan hanyalah segelintir masalah yang ada di depan mata. Oleh karena itu, Indonesia butuh aksi nyata, dan perlu peran para pembawa perubahan yang memiliki ketangguhan atau tingkat resilience yang tinggi serta keberanian untuk menyelesaikan sejumlah masalah.
Sayangnya, fakta menunjukkan bahwa secara umum tingkat resilience rata-rata masyarakat Indonesia masih rendah. Merujuk hasil riset Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), hanya 15,7% masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat resilience tinggi dan sangat tinggi. Artinya, masyarakat cenderung tidak tahan terhadap tekanan atau rasa sakit serta cenderung pesimis melihat masa depan ketika mengalami situasi yang menekan dan membuat mereka terpukul.
Dr. Bagus Takwin, M.Hum, salah satu anggota tim peneliti riset yang saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Psikologi UI, menegaskan, “Kendati demikian, tingkat resilience seseorang bisa ditingkatkan, dilatih, dan dikembangkan. Caranya, mereka harus memiliki itikad positif terhadap perubahan. Mereka harus punya kepedulian dan sikap kritis terhadap isu yang muncul di lingkungannya. Namun di saat yang sama, mereka juga harus bergerak untuk memperbaiki."
Oleh karena itu, menurutnya, pembawa perubahan juga semestinya memiliki sense of community atau merasa jadi bagian dari komunitas tempat mereka berada. Jadi, mereka punya tanggung jawab atau kewajiban untuk melakukan perbaikan. “Pada dasarnya setiap orang memiliki kecenderungan untuk melakukan perubahan. Jika mereka difasilitasi, digerakkan, dan digugah, maka dampak perubahan yang dihasilkan bisa cukup besar,” ucapnya.
Sejalan dengan itu, YABB melalui inisiatif 'Changemakers Nusantara' ingin menggerakkan para changemakers untuk melakukan perubahan nyata yang diharapkan dapat menjadi pelopor dan inspirasi masyarakat luas. Dengan demikian, masyarakat bisa mengetahui karakteristik para changemakers lebih dalam, dan termotivasi untuk meningkatkan ketangguhan agar bisa menyelesaikan masalah yang ada secara bersama-sama.