Komunikasi keberlanjutan membutuhkan transparansi dan kejujuran. Namun, banyak perusahaan tergelincir dalam kesalahan seperti greenwashing, overclaiming, dan inkonsistensi, yang justru merusak kepercayaan konsumen.
.
.
Upaya menciptakan menciptakan pesan yang autentik dan bertanggung jawab dalam komunikasi keberlanjutan sering kali menghadapi berbagai tantangan.
Salah satu tantangan terbesar adalah menghindari perangkap greenwashing, di mana organisasi berisiko mempersepsikan komitmen keberlanjutan mereka secara berlebihan atau tidak sesuai kenyataan.
Isu ini menjadi semakin relevan seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap dampak lingkungan, seperti yang disoroti dalam diskusi pada seminar bertema “Greenwashing: Trend Strategi Komunikasi 2025: Komunikasi untuk Keberlanjutan”.
Pada Seminar Majalah MIX Marcomm bertema “Greenwashing: Trend Strategi Komunikasi 2025: Komunikasi untuk Keberlanjutan” yang berlangsung di LSPR Campus B, Jakarta, pada 18 Desember 2024, Sonny S. Sukada – Senior Advisor Social Investment Indonesia - menyampaikan pandangan kritis tentang praktik komunikasi keberlanjutan yang sering kali penuh jebakan.
Komunikasi keberlanjutan, menurut Sonny, adalah seni yang membutuhkan keseimbangan antara transparansi dan kejujuran. Sayangnya, banyak perusahaan yang tergelincir dalam berbagai kesalahan yang justru merusak kepercayaan konsumen.
Greenwashing menjadi salah satu sorotan utama. Sonny menjelaskan bahwa banyak perusahaan berlomba menampilkan citra peduli lingkungan tanpa komitmen nyata. Misalnya, mereka menyampaikan klaim besar mengenai keberlanjutan tanpa bukti yang jelas, seperti mengurangi emisi karbon, namun tanpa menyebutkan baseline atau pembanding yang relevan. Hal ini membuat konsumen skeptis terhadap niat baik perusahaan.
Selain itu, overclaiming juga menjadi momok dalam komunikasi keberlanjutan. Dalam upaya mencuri perhatian, kontribusi kecil sering kali dibesar-besarkan menjadi pencapaian monumental. Akibatnya, pesan yang disampaikan tidak terasa otentik dan malah kehilangan maknanya.
Hal ini diperparah oleh inkonsistensi antara pesan dan tindakan nyata di lapangan. Perusahaan yang mengklaim peduli lingkungan, misalnya, tetapi masih menjalankan praktik bisnis yang merusak, akan kehilangan kepercayaan konsumen.
Sonny juga menekankan pentingnya melibatkan pemangku kepentingan dalam komunikasi keberlanjutan. Banyak perusahaan yang hanya menyampaikan klaim secara satu arah tanpa mendengarkan masukan dari masyarakat, karyawan, atau pihak lain yang terdampak. Padahal, keberlanjutan yang sejati membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak untuk menciptakan perubahan yang nyata.
Lebih jauh lagi, Sonny mengingatkan bahwa keberlanjutan tidak hanya penting bagi lingkungan, tetapi juga berdampak langsung pada kinerja bisnis. Komunikasi keberlanjutan yang efektif harus dapat mengaitkan dampak keberlanjutan dengan hasil bisnis, seperti efisiensi biaya, perluasan pasar, atau peningkatan kepercayaan investor. Dengan demikian, keberlanjutan tidak hanya menjadi alat pemasaran, tetapi bagian integral dari strategi bisnis.
Dalam penutupnya, Sonny menegaskan bahwa komunikasi keberlanjutan adalah lebih dari sekadar retorika. Ini adalah panggilan untuk bertindak dengan integritas, transparansi, dan komitmen nyata. “Keberlanjutan harus menjadi DNA perusahaan, bukan sekadar alat komunikasi,” ujar Sonny dengan penuh keyakinan. Di era di mana konsumen semakin kritis, hanya perusahaan yang berani mengedepankan kejujuran dan tindakan nyata yang akan memenangkan hati dan kepercayaan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Sukada, S. S. (2024). Strategi komunikasi di era keberlanjutan: Menghindari greenwashing, membangun kepercayaan. Seminar Majalah MIX Marcomm, LSPR Campus B, Jakarta.
Accenture. (2021). Shaping the sustainable organization. https://www.accenture.com/content/dam/accenture/final/a-com-migration/thought-leadership-assets/accenture-shaping-the-sustainable-organization-report.pdf
PwC. (2023). Sustainability counts. https://www.pwc.com/sg/en/publications/assets/page/sustainability-counts-2023.pdf
Edelman. (2024). Trust barometer 2024. https://www.edelman.com/sites/g/files/aatuss191/files/2024-02/2024%20Edelman%20Trust%20Barometer%20Global%20Report_FINAL.pdf
Rethink Rebels. (2024). Talk is cheap: Greenwashing vs green authenticity. https://rethinkrebels.com/tpost/yimvfpcxe1-talk-is-cheap-greenwashing-vs-greenhushi