Demi mewujudkan komitmennya untuk menerapkan prinsip circular economy, Tetra Pak Indonesia, perusahaan pemrosesan dan pengemasan makanan dan minuman, mulai menjalankan sejumlah program terkait daur ulang.
Tetra Pak sudah memulai dengan menjalin kerja sama dengan mitra pendaur ulang sejak 2018 lalu. Dari hasil kemitraan tersebut, Tetra Pak telah mendaur ulang lebih dari 10.388 ton kemasan karton bekas minuman. Hasilnya, tidak hanya mengurangi dampak terhadap lingkungan, komitmen itu juga memberikan nilai ekonomis bagi para mitra usaha daur ulang.
Dipaparkan Michael Wu, Managing Director Tetra Pak Malaysia, Singapore, Philippines, & Indonesia, “Aspek keberlanjutan selalu menjadi inti dalam komitmen kami untuk melindungi makanan, masyarakat, dan masa depan. Kami secara berkelanjutan bekerja untuk mencapai dampak lingkungan minimum di seluruh rantai pasokan."
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa Terta Pak memahami pentingnya kolaborasi jangka panjang dengan para mitra seperti pengumpul sampah, pendaur ulang, pelanggan, pemerintah, komunitas, dan para pemangku kepentingan lainnya untuk menyukseskan ambisi Tetra Pak dalam low carbon circular economy.
Sejalan dengan ambisi perusahaan hingga 2020, ia melanjutkan, Tetra Pak berkomitmen untuk meningkatkan tingkat daur ulang hingga 24% dengan mempertimbangkan berbagai pencapaian yang telah diraih Tetra Pak Indonesia.
Menurut Michael, sejak 2005 hingga 2015, Tetra Pak sudah menjanlankan prinsip circular economy secara berkelanjutan. Sejak 2005 misalnya, Tetra Pak Indonesia telah secara bersama mengembangkan infrastruktur pengumpulan yang diinisiasi bersama Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK).
Selanjutnya, tahun 2015, perusahaan berhasil menjalin kerja sama dengan 3 mitra pengumpul di 3 provinsi dan 2 mitra pendaur, dengan tingkat daur ulang sebesar 7,5% (2.885 ton). Pada 2016, Tetra Pak Indonesia berhasil membangun infrastruktur daur ulang polymer aluminum (polyal) dengan salah satu mitra pendaur di Tangerang dengan kapasitas 7.000 lembar atap gelombang polyal per bulan dan tingkat daur ulang sebesar 8,7% (4.382 ton).
Kemudian, 2017, Tetra Pak berhasil menghubungkan kembali mitra pengumpul di Jawa Barat dan total 4 mitra pengumpul, dengan kenaikan tingkat daur ulang mencapai 14,7% (6.637 ton). Pada 2018, Tetra Pak bersama mitra pendaur telah menambah nilai investasi untuk peningkatan kapasitas hingga 1.500 ton per bulan dan mencapai tingkat daur ulang sebesar 21,2% (10.338 ton) sekaligus meningkatkan fasilitas pemilahan mitra pengumpul.
"Pada 2019, kami berhasil menambah mitra pengumpul baru dan total telah ada 5 mitra pengumpul yang bertanggung jawab untuk wilayah Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jabodetabek, sehingga kenaikan tingkat daur ulang diharapkan mencapai 22,5%. Pada 2020 mendatang, kami mencanangkan target tingkat daur ulang sebesar 24% dan lebih dari 13.000 ton kemasan karton bekas yang akan terdaur ulang," patoknya.
Untuk memaksimalkan pencapaian usaha daur ulang, Tetra Pak Indonesia dan mitranya--seperti Leo Graha dan Daur Esia--juga mengajak konsumen di Indonesia mempraktikkan kesadaran gerakan 3L (Lipat, Letak, dan Lepas) untuk penanganan kemasan karton bekas minuman. Gerakan tersebut terdiri dari Buka Lipatan atas dan bawah, Letakkan Sedotan ke dalam kemasan dan meratakannya, serta Lepaskan Kemasan di tempat sampah terpilah yang disediakan.
"Gerakan ini diharapkan mampu meningkatkan kepedulian konsumen dan masyarakat terhadap pemilahan sampah sejak dari sumbernya, guna meningkatkan nilai ekonomi sampah, efektivitas dalam pengumpulan sampah, sehingga semakin memperkuat ekosistem daur ulang, khususnya pada kemasan karton bekas minuman," ia berharap.