Corporate Social Initiative

Konsep Ekonomi Sirkular dan Creating Shared Value ala Great Giant Foods

MIX.co.id – Belakangan ini, menerapkan konsep sustainability dalam proses bisnis menjadi pilihan para pelaku bisnis di Indonesia. Sejatinya, konsep sustainability sejalan dengan 17 SDGs (Sustainability Developement Goals) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang telah ditetapkan PBB (Persatuan Bangsa Bangsa) serta didukung penuh oleh pemerintah Indonesia.

Istimewanya, jauh sebelum konsep sustainability ramai digaungkan, Great Giant Foods (GGF), sebagai brand identity dari anak usaha Gunung Sewu Group, telah menerapkan konsep tersebut dalam bisnisnya. Sustainability dengan konsep sirkular ekonomi telah dijalankan melalui Great Giant Pineapple (GG) maupun Great Giant Livestock (GGL).

Dijelaskan Director Corporate Affairs Great Giant Foods (GGF) Welly Soegiono, dalam acara silaturahmi dan buka puasa bersama media, pada awal April ini (8/4), “GGP adalah perusahaan swasta penghasil nanas kaleng dan perkebunan yang terintegrasi dan terbesar di dunia, dengan kualitas terbaik. Seluruh produk nanas kaleng merupakan produk ekspor yang telah menyasar lebih dari 61 negara di dunia, termasuk ke negara-negara di Asia Pasifik, Timur Tengah dan Afrika, Eropa, Amerika, hingga Amerika Selatan.”

Panen nanas di atas lahan yang luas di daerah Lampung serta produksi kaleng nanas yang jumlahnya sangat besar, tentu saja turut menghasilkan limbah kulit nanas. Dalam sehari, panen nanas mencapai 2.200-2.500 ton, di mana 10%-nya adalah kulit nanas. Fakta itulah yang mendorong GGF menerapkan konsep ekonomi sirkular, dengan cara mengolah limbah kulit nanas menjadi pakan ternak.

Oleh karena itu, pada tahun 1990, didirikanlah Great Giant Livestock (GGL), yang merupakan perusahaan penggemukan sapi terbesar di Indonesia. Perusahaan tersebut didirikan untuk menampung limbah kulit nanas yang telah diolah menjadi makanan pokok sapi. Tak hanya penggemukan sapi, sejak 2011, GGL memutuskan untuk memulai pembiakan sapi di Lampung Tengah.

“Tak sampai di sana, masih dengan konsep ekonomi sirkular, maka limbah dari GGL berupa kotoran sapi, kami olah menjadi pupuk untuk memenuhi kebutuhan perkebunan di Lampung,” tambah Josep Lay, Director PT Great Giant Livestock.

Lebih jauh ia menegaskan bahwa Great Giant Foods memiliki visi untuk memelihara kehidupan masyarakat dengan makanan berkualitas yang diproduksi dengan cara yang berkelanjutan dan inovatif. “Oleh karena itu, dalam rantai bisnis, kami mengusung konsep ‘produksi tanpa limbah’. Selain itu, kami juga mengembangkan kemitraan dengan petani lokal dengan mengusung konsep Creating Shared Value,” terang Josep.

Saat ini, sudah ada penggemukkan 17 ribu ekor sapi di GGL. Dalam proses tersebut, GGL juga menggandeng mitra peternak sapi lokal untuk kemudian dibina, dilatih, dan didampingi. “Mitra peternak sapi lokal yang telah GGL gandeng, setiap tahunnya dapat menghasilkan 3.000 ekor sapi,” lanjutnya.

Salah satu program pelatihan yang dilakukan GGL adalah Sekolah Peternakan Rakyat (SPR). Menggandeng Institut Pertanian Bogor IPB), GGL menjadikan SPR sebagai pusat pembelajaran dan penyuluhan yang berbasis pada riset. Salah satu kegiatan sosialisasi program SPR menyasar kelompok Peternak Sapi Limosin Kampung Astomulyo Punggur yang merupakan mitra GGL. Objektifnya, SPR dapat menjadi wadah bagi kelompok tani untuk menambah pengetahuan, sehingga ke depannya peternak sapi di Lampung Tengah semakin banyak dan mandiri.

Sementara itu, Welly menjelaskan, GGL juga memiliki program pemberdayaan petani, Livestock Farmer’s Empowerment Program. Melalui program berkelanjutan itu, GGL menggandeng petani lokal, yang saat ini jumlahnya sudah mencapai lebih dari 400 petani lokal. “Kami menyediakan lahan perkebunan untuk mereka tanami. Selama proses menanam, memanen, dan memasarkan tersebut, GGL melakukan pendampingan dan pelatihan agar mereka dapat memanen buah dengan standar kualitas global,” ucapnya.

Sebagai perusahaan penggemukan dan pembibitan sapi yang terintegrasi penuh dengan siklus produksi berkelanjutan untuk sumber pakan hingga pemanfaatan limbah, ditegaskan Josep, GGL telah mempekerjakan tenaga profesional lebih dari 600 orang.

Dwi Wulandari

Recent Posts

Agoda Rilis Destinasi Favorit untuk Slow Travel di Asia

MIX.co.id – Istilah slow travel belakangan menjadi tren. Dalam lima tahun terakhir, menurut Google Trends,…

6 hours ago

GrabAds Dongkrak Bisnis Matjib Korean Food

MIX.co.id – Kristia Rachmawati, pemilik usaha Matjib Korean Food, sukses mengembangkan bisnis kulinernya di Bali.…

7 hours ago

Begini Upaya Zurich dan PJI Persiapkan Generasi Muda Memasuki Dunia Bisnis

MIX.co.id - Zurich Indonesia, Z Zurich Foundation, dan Prestasi Junior Indonesia (PJI) menggelar ‘Regional Student…

10 hours ago

Pentingnya Mengukur Efektivitas Kampanye Brand di Media Luar Griya

MIX.co.id - Laporan Statista mengungkapkan, belanja iklan Media Luar Griya atau Out-of-Home (MLG/OOH) di Asia…

17 hours ago

Tecno Spark 20 Pro+ Raih Penghargaan Platinum di “MUSE Design Award 2024”

MIX.co.id - Usai diluncurkan pada Februari 2024 lalu, Tecno Spark 20 Pro+ yang merupakan salah…

1 day ago

Airscream UK Hadir di JIVE Expo 2024, Ajak Pengunjung ‘Scream Out Load’

MIX.co.id – Airscream UK, merek vape atau rokok elektrik asal Briston, Inggris, semakin agresif meningkatkan…

2 days ago