MIX.co.id - Di Indonesia dan negara-negara ASEAN, gangguan atau disabilitas perkembangan menjadi isu yang memerlukan perhatian khusus. Diperkirakan sekitar 690 juta atau 1 dari 6 orang di Kawasan Asia dan Pasifik merupakan penyandang disabilitas (UNESCAP, 2019). Gangguan atau disabilitas perkembangan adalah kondisi medis yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berinteraksi sosial, berbicara, belajar, dan melakukan aktivitas sehari-hari. Gangguan perkembangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kelainan genetik, masalah kesehatan, dan lingkungan.
Keluarga dengan anak penyandang gangguan perkembangan di Indonesia dan ASEAN menghadapi beragam tantangan, antara lain kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan dan pendidikan, stigma dan diskriminasi, serta keterbatasan finansial. Orangtua serta keluarga dengan anak penyandang disabilitas perkembangan juga sering mengalami tingkat stress yang tinggi, karena tuntutan untuk mendampingi dan menyediakan perawatan serta pendampingan yang berkelanjutan bagi anak mereka.
Berangkat dari fakta itu, LSPR Institute of Communication & Business menjalin kemitraan dengan Japanese Developmental Disorder Network (JDD NET), meluncurkan inisiatif “Indonesian Developmental Disorder Network” (IDD NET). Kehadiran IDD NET diharapkan dapat menjadi jaringan luas, yang mencakup organisasi nasional dan lokal untuk penyandang disabilitas perkembangan, asosiasi orang tua, masyarakat akademik, kelompok peneliti, dan organisasi profesional yang terkait dengan gangguan atau disabilitas perkembangan (developmental disorder/disability).
Kehadiran. IDD NET juga diharapkan dapat memberikan pemahaman, serta mendorong penelitian dan kebijakan mengenai disabilitas perkembangan di Indonesia. Pada tahap selanjutny, jejaring IDD NET bertujuan untuk mengadvokasi perubahan kebijakan untuk mendukung para penyandang gangguan perkembangan, serta mempromosikan kemandirian dan perkembangan sosial para penyandang disabilitas perkembangan di Indonesia.
Diungkapkan Prita Kemal Gani, Founder & CEO LSPR, pada saat peluncuran IDD NET di kampus LSPR-Jakarta, “Bersama Nozomi no sono (The National Centre for Persons with Severe Intellectua Disabilities in Japan) dan Hosei University serta dukungan ERIA (the Economic Research Institute for ASEAN and East Asia), LSPR berkomitmen melakukan riset sejak Desember 2021 hingga November 2023.”
Riset dua tahun itu, lanjut Prita, akan menghasilkan dua poin penting, yakni laporan kesehatan berjudul ”The Current Status and Issues for Healthcare Policies for Persons with Developmental Disorders in Southeast Asia” dan Guidebook on “Development of Parent Training, Mentoring, Group Coaching Guidelines to Enhance the Quality of Life of Parents of Persons with Developmental Disorders in Southeast Asia”. “Hasil kedua riset ini diharapkan dapat membantu individu penyandang disabilitas dan keluarganya untuk mendapatkan hak yang sama,” harapnya.
Dalam rangkaian peluncuran IDD NET, digelar sesi workshop internasional mengenai gangguan perkembangan di negara-negara ASEAN, dengan menghadirkan sejumlah pembicara, antara lain dari perwakilan parlemen Indonesia dan Jepang Muhammad Farhan (Komisi I DPR RI); Mr. Hiroshi Yamamoto, Secretary General of National Diet Members Caucus on Developmental Disorder of Japan/ House of Representatives Member; serta Dr. Dante Rigmalia, Ketua Komisi Nasional Disabilitas Indonesia.
Dipaparkan H.E. Ambassador Masahiko Kiya, Ambassador of the Mission of Japan to ASEAN, “Jepang membuat sebuah framework termasuk pemerintah lokal, untuk membuat support system untuk developmental disorder. Sekelompok orang dengan disabilities developmental disorder di Indonesia, Filipina, Vietnam tentu menghadapi berbagai tantangan di masyarakat. Saya berharap semoga komitmen kolaborasi riset ini bermanfaat untuk mendukung negara ASEAN, khususnya dalam bidang developmental disorder. Selain itu, saya berharap workshop ini akan berkelanjutan bukan hanya di negara Indonesia-Jepang, dan ASEAN, tapi juga negara lainnya dan memberikan manfaat untuk orang banyak di seluruh dunia.”
Sejumlah poin penting yang dibahas para sesi workshop antara lain (1) Mengidentifikasi isu-isu penting terkait penyandang gangguan/disabilitas perkembangan; (2) Paparan riset mengenai analisis situasi disabilitas perkembangan di ASEAN serta buku panduan untuk pelatihan orangtua dengan anak penyandang disabilitas perkembangan; (3) Mengembangkan kolaborasi dan dukungan kerjasama internasional terkait disabilitas perkembangan di ASEAN dan Jepang; dan (4) Memfasilitasi inisiatif dan diskusi tentang ganguan/disabilitas perkembangan melalui IDD NET dan JDD NET di tahap-tahap selanjutnya.