Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal berkolaborasi dengan PT Trinseo Materials Indonesia dan PT Kemasan menggelar program webinar bertajuk “Upaya Kelola Sampah dan Daur Ulang Kota Tegal dalam Mendorong Ekonomi Sirkular”, pada hari ini (29/3). Program edukasi ini merupakan bentuk konsistensi ketiga instansi tersebut dalam menjalankan program “Yok Yok Ayok Daur Ulang!”
Program “Yok Yok Ayok Daur Ulang!” didukung oleh berbagai organisasi, seperti Asosiasi Industri Olefin, Aromatik & Plastik Indonesia (INAPLAS), Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), Ikatan Pemulung Indonesia (IPI), dan Responsible Care® Indonesia.
Melalui webinar kali ini, Pemerintah Kota Tegal mengajak masyarakat dan pemerintah di kota-kota lain untuk turut serta menjalankan program pengelolaan dan daur ulang sampah, terutama sampah plastik.
Ajakan ini dilancarkan, mengingat adanya volume sampah yang tidak terkelola dengan baik dan banyaknya sampah yang berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang masih menjadi permasalahan yang disebabkan oleh belum adanya optimalisasi dalam mengelola dan mendaur ulang sampah plastik di negeri ini.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Pemerintah Kota Tegal, tercatat bahwa setiap hari warga Kota Tegal menghasilkan hingga 250-ton sampah, di mana 30% di antaranya merupakan sampah plastik, sebesar 214-ton total timbunan sampah, serta 16 ton volume sampah anorganik. Dari jumlah tersebut, saat ini yang mampu dikirim ke industri daur ulang baru 10% dan sisanya berakhir di TPA.
Muhammad Jumadi, Wakil Walikota Tegal, menegaskan bahwa dengan adanya pusat daur ulang sampah diharapkan akan membantu mengurangi besarnya volume sampah, terutama sampah plastik ke TPA, dan juga mampu berperan dalam mencapai ekonomi sirkular.
“Saat ini program pengelolaan dan daur ulang sampah sudah dilaksanakan di TPS 3R kelurahan Mintaragen. Untuk ke depannya, Kota Tegal menargetkan program ini juga dapat dilaksanakan pada tingkat rumah tangga. Harapannya, hanya sampah-sampah residu yang tidak dapat diolah saja yang akan berakhir di TPA. Melalui edukasi yang tidak pernah putus, kami memaparkan kegiatan-kegiatan daur ulang sampah, misalnya cara mendaur ulang sampah plastik menjadi kerajinan tangan,” paparnya.
Ditambahkan Wahyudi Sulistya, Sekretaris Jenderal Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), “Masyarakat tidak bisa mengandalkan alam atau lingkungan untuk mengurai sampah plastik. Mulai dari diri sendiri, bisa dari skala rumah tangga. Pada kondisi seperti sekarang, masyarakat harus belajar untuk mengelola, memilah-milah jenis sampah dan juga mendaur ulang sampah plastik untuk turut mendorong ekonomi sirkular.”
Sementara itu, menurut Hery Yusamandra, Program Manajer Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), saat ini teknologi sudah semakin canggih dengan ketersediaan mesin yang dapat mengolah sampah plastik dalam waktu yang singkat menjadi produk baru, misalnya briket melalui mesin predator sampah yang sudah dijalankan oleh pusat daur ulang sampah plastik Kota Tegal.
Edi Rivai, Chairman dari Responsible Care® Indonesia, memaparkan tujuan ekonomi sirkular melalui upaya pengelolaan dan daur ulang sampah. “Ekonomi sirkular bertujuan untuk memaksimalkan siklus penggunaan material untuk meminimalisir produksi sampah dengan recovering dan menggunakan kembali berbagai macam produk dan material berulang kali secara sistematik,” tuturnya.
Implementasi Zero Waste Office Management pada Head Office dan Pabrik bisa dilakukan untuk mengurangi sampah yang tidak terkelola dan kemudian menumpuk di TPA. Sampah yang telah terpilah akan dikumpulkan dan dikelola secara terpisah sesuai dengan jenis material masing-masing. “Adapun sistem ini telah dijalankan oleh salah satu anggota RCI dan tercatat bahwa pada periode Januari - September 2020 berhasil mengurangi sampah sebanyak 53% ke TPA,” yakin Edi.