Program Autism Awareness Festival (AAF) yang digelar London School Center of Autism Awareness (LSCAA) telah memasuki satu dekade (tahun ke sepuluh). Inisiatif sosial yang digagas sekaligus dijalankan oleh LSPR-Jakarta itu merupakan upaya edukasi kepada masyarakat tentang autisme.
Prita Kemal Gani, Founder & Director London School of Public Relations – Jakarta sekaligus inisiator LSCAA, menjelaskan bahwa sepuluh tahun yang lalu, LSCAA mulai aktif memberikan informasi seputar autisme. Masyarakat dapat menanyakan terapis, dokter, hingga sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus. LSCAA juga melakukan berbagai kegiatan di antaranya seminar bagi orang tua dan guru, pentas seni bagi anak-anak berkebutuhan khusus, pameran hasil karya, dan juga membentuk komunitas Sahabat Special.
"Kini, LSCAA menujukan perhatiannya tak hanya kepada anak-anak namun juga merambah pada remaja dan individu autistik dewasa. Tepatnya, bagaimana orang tua dapat mempersiapkan anak-anaknya sebagai individu mandiri. Harapannya, para individu autistik ini dapat memiliki kemampuan yang mumpuni, mampu menghidupi (setidaknya) dirinya sendiri," ucap Prita di sela-sela AAF ke-10 pada awal April ini (7/4) di Jakarta.
Mengusung tema “Kreativitas Dalam Mempersiapkan Remaja Berkebutuhan Khusus”, ditambahkan Prita, AAF ke-10 menyajikan seminar dengan sejumlah pembicara. Antara lain, Dang Uy Koe selaku Chair Emeritus of The Autism Society of Phillipines and Chairperson of ASEAN Autism Network, Penny Handayani, M.Psi, yang merupakan seorang psikolog, Servo Caesar Yoga yang merupakan seorang content creator, dan seorang public figure yang memiliki anak dengan Asperger Syndrome.
“LSCAA akan terus berusaha untuk menyebarkan informasi dan mengedukasi masyarakat tentang autisme. Kami ingin masyarakat memahami, menerima, dan juga mencintai individu dengan autistik, karena bagaimanapun mereka juga sama seperti kita yang memiliki emosi dan perasaan. Hanya saja mereka tidak mampu mengungkapkannya sebagaimana individu umumnya. Kami berharap kegiatan ini dapat terus berkelanjutan demi masyarakat yang ramah akan anak berkebutuhan khusus," imbuh Chrisdina, Head of LSCAA.
Selain seminar, lanjut Chrisdina, AAF ke-10 juga mengadakan konser, fun games, pentas seni, peragaan busana yang terinspirasi dari lukisan seorang remaja autisme, serta pameran lukisan yang dilukis oleh para remaja autisme. "Busana yang juga diperagakan oleh remaja berkebutuhan khusus ini dirancang oleh Adra dengan mengusung label Adraworld," ujar Chrisdina.
Dukungan lain adalah penyelenggaraan lelang lukisan yang dilukis remaja autisme oleh Artotel. Pameran dan lelang lukisan tersebut merupakan kegiatan Artotel dalam rangka menunjukan kepedulian kepada hasil karya remaja autisme. Menurut Chrisdina, seluruh keuntungan dari hasil penjualan busana dan lelang lukisan akan disumbangkan kepada yayasan pegiat autisme yang membutuhkan.
Sejumlah kegiatan telah diselenggarakan oleh LSCAA seperti acara tahunan Autism Awareness Festival, Workshop for Parents, Pembuatan produksi film pendek “Saudaraku Berbeda”, hingga Teachers Training. "LSCAA telah memberikan pelatihan kepada 5.028 guru yang mewakili 1.616 Sekolah Dasar se-Jabodetabek. Pemutaran film 'Saudaraku Berbeda' telah dilakukan di 24 sekolah dan ditonton oleh 3.131 siswa. Orang tua pun dilibatkan dengan berbagi pengalaman dengan yang lainnya yang telah diikuti oleh 264 orang," tutup Chrisdina.