MIX.co.id - Tren program-program CSR tahun 2022 akan mengarah pada program-program kemandirian masyarakat dan kesejahteraan rakyat, dengan fokus pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Demikian satu hal yang mengemuka dalam Webinar – CSR Outlook 2022 bertajuk ‘Optimalisasi Praktik Terbaik Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan untuk mewujudkan Indonesia yang Lestari dan Sejahtera’ yang diadakan Jumat, 21 Januari 2022. Acara tersebut diselenggarakan oleh Forum CSR Indonesia, sebuah forum yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian, kemampuan, dan tanggung jawab dunia usaha dalam penyelenggaraan tanggung jawab sosial dan keberlanjutan.
Webinar CSR Outlook 2022 menghadirkan narasumber antara lain Deputi Bidang SDM, Teknologi, dan Informasi di Kementerian BUMN RI, Tedi Bharata, Direktur Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga, dan Kelembagaan Masyarakat (PSPKKM), Serimika BR Karo, WKU Kadin Indonesia bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Silverius Oscar Unggul, dan Komisaris Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) dan Ketua Forum CSR NTB, Irzani.
Dalam forum itu diungkapkan, pengimplementasian CSR saat ini terus bergerak pada sebuah inovasi dan cara pengimplementasian program berkelanjutan. Perusahaan mempunyai fokus program masing-masing berdasarkan kajian pemetaan sosial dan arahan pemegang saham.
“Yang harus dijaga adalah sustainability-nya karena yang selama ini lebih banyak kepentingan sesaat. Kalau kita mengabsensi persoalan lingkungan hidup, yang harus dijaga adalah kolaborasi antara masyarakat dan perusahaan. Jadi bukan cuma antara pemerintah dan perusahaan, tapi komprehensif agar menjadi ‘kebermanfaatan jariyah’. Karena itu, harus ada komitmen kuat dari semua pihak, karena ini merupakan kepentingan kita bersama untuk menjaga keselamatan generasi mendatang,” ujar Irzani menanggapi pertanyaan salah satu peserta.
Masih terkait tanggungjawab sosial di bidang lingkungan, Silverius Oscar Unggul dari Kadin mengungkapkan, pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mewujudkan kolaborasi dalam bentuk Taksonomi Hijau Indonesia untuk perbankan. Program ini berupa pembiayaan kepada kegiatan usaha yang tergolong hijau (green) dan berkelanjutan.
“Saya kira sekarang isu tentang karbon, green economy akan lebih mengemuka dibarengi dengan investasi yang green. Hal ini menjadi peluang bagi dunia usaha, masyarakat, kelompok usaha kecil & mikro, sociopreneur untuk mulai bergerak ke arah green. Harapannya ke depannya, program CSR juga dapat melibatkan masyarakat sejak awal agar bermanfaat bagi masyarakat dan perusahaan,” paparnya.
Selain itu, berkaitan dengan adanya konsep implementation shifting paradigm, praktik CSR saat ini sudah mengarah pada creating shared value dan corporate sustainability yang merupakan sebuah visi baru dunia global berdasarkan kerja sama untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.
Deputi Bidang SDM, Teknologi, dan Informasi di Kementerian BUMN RI, Tedi Bharata mengungkapkan BUMN pun sudah menaruh perhatian penting terhadap penyelenggaraan CSR. Hal ini diwujudkan melalui 5 prioritas utama transformasi CSR atau TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Badan Usaha) BUMN meliputi : fokus kepada dampak, perbaikan tata kelola, pemanfaatan teknologi, peningkatan kolaborasi dan peningkatan enggagement karyawan melalui employee volunteering.
“Mari kita buka kolaborasi program CSR. Dengan kolaborasi akan tercapai impact yang sangat besar. Kolaborasi di sini lebih kepada program CSR. Harapannya program CSR BUMN yang dijalankan dapat dilakukan lebih cepat, targeted dan berdampak lebih besar,” ujarnya.
Terkait dengan isu tersebut, Forum CSR Indonesia hadir sebagai organisasi profesi yang menjadi mitra strategis dari Pemerintah Pusat dan Daerah serta berbagai kalangan baik Dunia Usaha, BUMN, BUMD, Yayasan, Organisasi Masyarakat, dan Perguruan Tinggi.
Direktur Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga, dan Kelembagaan Masyarakat, Kementerian Sosial, Serimika BR Karo menambahkan perlunya meningkatkan kolaborasi dan sinergi. Selain itu, kegiatan CSR yang dilakukan diharapkan bukan sebatas charity tetapi perlu melihat bagaimana pemberdayaan, manfaat dan keberlanjutannya.
“Kita bisa terlibat dari awal bersama dalam melakukan asesmen dan pemetaan akan kebutuhan program CSR yang memang sesuai dengan kebutuhan. Salah satu program prioritas nasional yang masih belum banyak tersentuh oleh para mitra adalah kegiatan pemberdayaan komunitas adat terpencil,” tuturnya.
Sebagai penutup, Ketua Umum Forum CSR Indonesia, Mahir Y. Bayasut menegaskan bahwa program CSR yang sudah maupun akan dilakukan oleh perusahaan harus sejalan dengan konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Yaitu melakukan pendekatan bisnis dengan memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan dengan memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan bagi seluruh pemangku kepentingan.
“Harapannya Forum CSR Indonesia dapat menjadi wadah solusi, data, dan ide bagi para perusahaan yang ingin membuat program CSR yang tepat sasaran, berdampak, dan berkelanjutan”, pungkasnya. (Bin)