Corporate Social Initiative

Unilever Segera Luncurkan Refill Station

Sebagai komitmen untuk mengatasi masalah sampah plastik, PT Unilever Indonesia Tbk. berjanji segera meluncurkan pilot projectrefill station untuk produk-produk toiletries-nya. Di Refill Station ini, konsumen bisa membeli aneka produk Unilever secara curah, sehingga konsumen diharapkan membawa sendiri wadahnya.

Menurut Maria Dewantini Dwianto, Head of Corporate Communications PT Unilever Indonesia Tbk, saat ini Unilever telah menunjuk pihak ketiga yang akan membantu mewujudkan refill stasion ini, yaitu Saruga Pack Free Store. “Pilot ini akan dilakukan di Jaksel. Ini baru awal. Yang lebih penting lagi adalah edukasi supaya konsumen membawa kontainer sendiri yang bersih (ke refill stasion),” katanya pada diskusi tentang Komitmen Unilever dalam Mengatasi Masalah Sampah Plastik pada akhir Juli lalu.

Inisiatif refill station ini, menurut Mia, demikian Maria Dewantini biasa disapa, sejatinya sudah lama direncanakan. Namun, Unilever belum berani meluncurkannya karena belum ada regulasinya dan akan Good Manufacturing Practices (GMP)-nya. “Ini challenge-nya. Tapi Agustus mudah-mudahan sudah bisa dimulai di Jakarta Selatan,” tutur Mia.

Mia menegaskan bahwa inisiatif Refill Station merupakan implementasi dari salah satu kerangka kerja Unilever No Plastic yang diluncurkan dalam rangka mencapai target global pada 2025, yaitu bahwa 100% kemasan plastik produk Unilever harus dapat didaur ulang, digunakan kembali atau dapat terurai menjadi kompos; dan pada tahun 2025 pula, target Unilever minimal 25% plastik yang digunakan terbuat dari plastik daur ulang.

Dalam kerangka kerja ‘no plastic’ ini, menurut Mia, Unilever memiliki aspirasi untuk menghadirkan produk-produk ke konsumen tanpa menggunakan kemasan plastik. “Misalnya memakai materi alternatif atau menggunakan bisnis model yang berbeda seperti kemasan tahan lama yang dapat terus diisi ulang, atau refill station.”

Saat ini, katanya, Unilever secara global telah melakukan beberapa uji coba untuk kemasan isi ulang yang dimulai di UK; dan refill station sudah dimulai di Filipina. Skema refill station, katanya, merupakan salah satu alternatif yang banyak didengungkan oleh berbagai pihak sebagai ganti dari penggunaan kemasan plastik. Penerapan refill station, lanjutnya, membutuhkan perencanaan yang sangat matang dan uji coba berulang kali untuk memastikan bahwa model ini dapat dilakukan dalam skala besar. “Pada akhirnya, dalam upaya mengurangi plastik, kami tetap harus memastikan bahwa kualitas produk ketika digunakan oleh konsumen tidak mengalami penurunan akibat tidak terlindungi oleh kemasan plastik.”

Pada diskusi tersebut juga hadir Mohamad Bijaksana Junerosano, Founder of Waste 4 Change (NGO); Tri Sabron, Kepala Pabrik CreaSolv Unilever Indonesia; dan Andriana Widyasari, R&D Manager Homecare Category Unilever Indonesia. Pada kesempatan ini, Mia menjelaskan secara umum langkah-langkah nyata dan terukur yang dilakukan Unilever untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia, terutama berkaitan dengan sampah kemasan plastik sekali pakai yang umum digunakan di industri Fast Moving Consumer Good (FMCG).

Upaya-upaya tersebut kami lakukan mulai dari hulu, tengah, sampai hilir dari rantai bisnis kami. Upaya ini merupakan realisasi dari strategi Unilever secara global yaitu USLP (Unilever Sustainable Living Plan) untuk terus menumbuhkan bisnis seraya mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan dalam operasi bisnis kami, serta meningkatkan manfaat sosial bagi masyarakat,” katanya.

Pada bagian hulu, yaitu pada saat merancang produk dan kemasan, menurut Mia, Unilever memiliki komitmen besar secara global untuk lebih bijak dalam hal penggunaan kemasan plastik, yaitu bahwa pada 2025, 100% kemasan plastik produk Unilever harus dapat didaur ulang, digunakan kembali atau dapat terurai menjadi kompos. “Dan pada tahun 2025 pula, minimal 25% dari plastik yang kami gunakan terbuat dari plastik daur ulang,” katanya.

Untuk mencapai target ini, Unilever menerapkan tiga kerangka kerja, yakni “LessPlastics/mengurangi plastik’, ‘Better Plastics/plastik yang lebih baik’ dan ‘No Plastics/tanpa plastik’ seperti yang dijelaskan di atas.

Less Plastics & Better Plastics

Dalam kerangka kerja mengurangi plastik (lessplastics), katanya, Unilever terus-menerus mengembangkan penggunaan kemasan plastik secara optimal, misalnya dengan mengurangi berat plastik yang digunakan, namun tetap bisa berfungsi seperti kemasan yang seharusnya, hal ini untuk meminimalkan dampak lingkungan.

Lis Hendriani

Recent Posts

Kunjungi Pabrik di Karawang, BPJPH Apresiasi Nestlé Indonesia yang Pro Halal

MIX.co.id - Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi muslim terbesar di dunia dan menjadi…

7 hours ago

Pastikan Jaminan Keamanan dan Kemudahan Akses, Ovisure Gold Hadir di Apotek K-24

MIX.co.id - PT Ethix Niaga Teknologi (Ethix Indonesia) dan PT Bintang Emas Perdagangan Indonesia (Ovisure…

10 hours ago

LEVERATE GROUP PERKUAT KEPEMIMPINAN DENGAN STRATEGI BARU

Leverate Group memperkuat jajaran kepemimpinannya dengan menunjuk Fauza Istighfareva sebagai CPO dan Dylan Setiawan sebagai…

10 hours ago

Incar Segmen Gamers, Haraku Ramen Luncurkan Mie Sepanjang 3,5 Meter

MIX.co.id - Haraku Ramen Halal, merek mie di bawah naungan Ismaya Group, meluncurkan menu edisi…

10 hours ago

Pop Mart Buka Gerai Terbesar di Indonesia

MIX.co.id - Pop Mart kembali membuka gerai barunya di Mal Kota Kasablanka, Jakarta. Resni dibuka…

15 hours ago

BOSTON TEA PARTY: AMARAH, PEMBERONTAKAN, DAN LAHIRNYA REVOLUSI KOPI

Ketika para kolonis Amerika membuang peti-peti teh ke laut dalam Boston Tea Party, mereka bukan…

19 hours ago