MIX.co.id - Yayasan Bakti Barito (YBB), Happy Hearts Indonesia, dan Kitabisa mengajak masyarakat membangun kembali dua sekolah terdampak gempa Garut, yakni SDN 3 Barusari dan SDN 4 Barusari.
Inisiatif tersebut untuk memperbaiki infrastruktur sekolah agar kegiatan belajar mengajar menjadi aman bagi 220 siswa. Pembangunan kembali itu diproyeksikan akan selesai pada akhir tahun.
Kolaborasi Yayasan Bakti Barito, Happy Hearts Indonesia, dan Kitabisa itu menargetkan penggalangan dana sebesar Rp 1,4 miliar untuk membiayai rekonstruksi kedua sekolah yang terkena dampak gempa bumi ini. Dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan gedung sekolah baru yang dibangun dengan bahan bangunan yang tahan gempa. Bahan bangunan menggunakan antara lain, batu bata dari plastik daur ulang sebesar 9,4 ton yang juga akan mengurangi sekitar 22 ton emisi karbon.
Selain itu, Yayasan Bakti Barito juga memimpin kampanye aktivasi digital Kitabisa untuk meningkatkan kesadaran publik dan mendorong partisipasi masyarakat dalam upaya pembangunan kembali ini.
“Kampanye ini menunjukkan kekuatan dari upaya yang digerakkan oleh masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat Indonesia di seluruh negeri dan memanfaatkan platform kami, kami bertujuan untuk membangun kembali sekolah-sekolah ini yang berdasarkan pada ketahanan dan keberlanjutan,” ungkap Edo Irfandi, Direktur Kitabisa.org.
Pada kesempatan itu, Fifi Pangestu, Direktur Eksekutif Yayasan Bakti Barito, mengatakan, “Kami memiliki prioritas untuk segera memulihkan lingkungan belajar yang aman bagi para siswa. Terinspirasi oleh visi pendiri kami, Prajogo Pangestu, kami percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membangun masyarakat yang tangguh. Membangun kembali sekolah-sekolah ini dengan material yang tahan gempa akan memastikan proses pemulihan dapat terjadi dengan cepat dan membangun stabilitas belajar mengajar jangka panjang bagi anak-anak di Garut.”
Fokus inisiatif ini adalah memberikan dampak jangka panjang melalui inovasi dan keberlanjutan. "Dengan menggunakan batu bata plastik daur ulang, kami membangun kembali dengan lebih baik dan menetapkan tolok ukur baru untuk upaya pemulihan bencana di masa depan. Sekolah ini berkontribusi pada 11 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), memastikan masa depan yang lebih cerah dan tangguh bagi masyarakat,” lanjut Sylvia Beiwinkler, CEO Happy Hearts Indonesia.
Setidaknya, ada tiga sorotan utama dalam inisiatif itu. Ketiganya adalah konstruksi berkelanjutan, keterlibatan komunitas dan penggalangan dana, serta pelatihan guru untuk pendidikan iklim.
Hingga saat ini, kegiatan itu telah menarik perhatian dan dukungan yang besar. Nantinya, para sukarelawan juga akan dilibatkan dalam proses pembangunan kedua sekolah tersebut. Upaya kolektif ini bertujuan untuk turut menginspirasi semua orang untuk bergabung dan berkontribusi pada masa depan yang lebih tangguh dan berkelanjutan.