Di era ritel modern, konvergensi antara fisik dan digital menciptakan landskap baru. Konsep 'phygital' memadukan kenyamanan digital dengan keintiman pengalaman fisik, menjanjikan revolusi cara kita berbelanja.
.
.
Era ritel masa depan dijuluki "phygital," sebuah istilah yang menggabungkan fisik dan digital. Konsep ini menandakan penggabungan dua bentuk ritel dan belanja yang semakin menyatu, memberikan pengalaman yang mulus antara kedua dunia tersebut.
Penjualan e-commerce di seluruh dunia mencakup 20% dari total penjualan ritel, sedangkan di AS angkanya adalah 15%. Namun, penjualan fisik masih menunjukkan ketahanan yang kuat, mengutamakan pengalaman dan kemudahan.
Misalnya, untuk pembelian cepat seperti beberapa botol bir atau paket permen karet, konsumen biasanya tidak akan membuka aplikasi Amazon di telepon mereka. Kemampuan untuk memesan secara online dan mengambilnya di toko terdekat menunjukkan kepraktisan yang diinginkan banyak orang.
Contoh-contoh ini menonjolkan janji pengalaman pelanggan dari ritel phygital. Ritel saat ini berusaha keras untuk menghubungkan data pelanggan dengan pengalaman belanja mereka. Data bukan hanya berarti kepuasan lebih bagi pelanggan, tetapi juga penjualan lebih bagi pengecer.
Namun, pengecer fisik masih memiliki jalan panjang untuk memahami preferensi belanja secara real-time. Mereka juga belum menyelesaikan masalah lama dalam peramalan permintaan, stok produk, dan manajemen inventaris. Sebuah studi oleh McKinsey menunjukkan bahwa akurasi inventaris toko fisik berkisar antara 70 hingga 90%, dibandingkan dengan 99,5% untuk pusat distribusi toko online.
Bagaimana pengecer fisik menjembatani kesenjangan data dan analitik, dan menggunakannya untuk meningkatkan pengalaman pelanggan? Apa teknologi yang membantu mereka memahami perilaku pembeli dan melacak inventaris serta penjualan secara real-time? Dapatkah AI membantu?
Ternyata jawabannya terletak pada proses belanja itu sendiri. Keranjang belanja dan metode pembayaran adalah dua blok bangunan fundamental dari toko e-commerce. Ekuivalennya di dunia nyata adalah, seperti yang ditebak – keranjang dan kasir. Semakin cepat dan sederhana toko dapat membuat dua proses ini, semakin baik pengalaman yang mereka dapat sediakan.
"Baik konsumen maupun pengecer mendorong pengalaman hibrida yang didorong oleh teknologi yang meniru pengalaman online," kata Raz Golan, CEO Shopic. Produk Shopic adalah perangkat yang dipasang di keranjang belanja yang menggunakan kamera dan AI untuk mengidentifikasi produk yang dimasukkan atau dikeluarkan dari keranjang, menghitung total harga, mempromosikan dan menyesuaikan penawaran di toko, dan menerima pembayaran melalui berbagai metode.
Kombinasi AI dan robotika toko memberikan pengecer akses ke teknologi terobosan serta data yang membantu mereka mengoptimalkan stok dan inventaris, mengurangi biaya operasional, dan menyediakan kemudahan yang diharapkan pembeli dari e-commerce.
Misalnya, Walmart menggunakan teknologi "visi mesin" berbasis AI...