Bagaimana Disney Menjadikan "Star Wars" Fenomenal?

Penayangan sekuel ketujuh film "Star Wars: The Force Awaken" kembali menempati box office. Tak kurang dari $ 529 juta sukses dihimpun Walt Disney lewat penayangan Star Wars 7 di seluruh dunia, dimana sekitar setengahnya dikontribusi dari Amerika dan Kanada.

IMG_20151224_31815

Sukses Star Wars, diyakini profesor pemasaran Jehoshua Eliashberg seperti yang dikutip dari www.knowledge.wharton.upenn.edu, kekuatan cerita (story line) serta sinergi antara strategi pemasaran dan distribusi menjadi kuncinya. Bicara soal alur cerita, ia menambahkan, Disney mampu menghadirkan cerita nosltagia dari sekuel sebelumnya. "Akan sulit memasarkan sebuah film jika tidak memiliki alur cerita yang mendukung," yakinnya.

Kekuatan cerita itulah yang pada akhirnya dapat dibangun lewat social media, twitter misalnya. Cerdasnya, demi mengkomunikasikan kekuatan cerita itu, sebelum Star Wars tayang di bioskop, Disney yang memiliki ABC muncul di program "Good Morning America". Di program tersebut anchors di ABC hadir dengan kostum dan karakter Star Wars. "Ini merupakan sinergi yang bagus antara TV dan divisi studio yang dimiliki Disney," paparnya.

Langkah branding juga dilakukan Disney untuk film Star Wars. Disney mencoba mengingatkan penonton tentang sekuel sebelumnya lewat enam bintang Warsmovies. Semua itu disajikan Disney lewat layanan streaming. Bahkan, dengan menghadirkan mainan atau merchandise berbau karakter Star Wars ke pasar sebelum film tayang, benar-benar menjadi langkah branding yang efektif. Maklum saja, biasanya mainan atau merchandise hadir justru pada saat dan paska film tayang, sebagai pendapatan tambahan. Sementara Disney, justru menjadikan merchandising sebagai upaya promosi dan teaser. "Branding lewat format nostalgia seperti itu merupakan pemasaran yang sangat efektif," nilai Eliashberg.

Masih belum cukup, Disney juga menghadirkan teaser melalui trailer yang sangat kreatif. Denan trailer yang menarik itu, Disney mampu men-drive penonton untuk datang ke bioskop untuk menonton Star Wars. "Bahkan, Disney juga sukses membuat pertunjukan special event di hari Kamis di seluruh negeri. Ini adalah pemasaran yang efektif," pujinya.

Lantas, apa yang dapat perusahaan lain pelajari dari strategi distribusi dan pemasaran Disney? Dijawab Eliashberg, "Ini benar-benar tentang merek dan Disney mampu mengelola merek Star Wars secara efektif lewat konsep sinergi. Banyak perusahaan memiliki divisi yang berbeda, namun mereka tidak benar-benar bekerja sama satu sama lainnya. Dan, Disney sanggup membuat divisi yang berbeda berkolaborasi, untuk kemudian masing-masing saling melengkapi pemasarannya."

Satu hal lagi yang membuat Disney berbeda dengan studio lainnya adalah film Star Wars disediakan dalam format 3D (3 Dimensi) dan 2D. Itu adalah keputusan yang cerdas. Lantaran, jika penonton kehabisan tiket untuk nobton Star Wars dalam format 3D, maka mereka akan memilih menonton versi 2D. Selanjutnya, untuk menghilangkan rasa penasaran, mereka akan memilih datang kembali untuk menonton versi 3D.

Lantas, bagaimana dengan para pembuat film independen yang tidak memiliki kemampuan pendanaan yang tidak bersaing dengan efek Star Wars? "Salah satu strateginya adalah untuk merilis film di banyak bioskop dan secara bersamaan di banyak negara. Jadi, langkah itu berkesan seperti acara global. Mereka juga harus menemukan outlet alternatif, misalnya dengan pergi ke Netflix, Amazon, untuk layanan streaming agar produk mereka tersedia di sana," terang Eliashberg.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)