Begini Perilaku Belanja Konsumen Indonesia Ketika Tren FMCG Melorot

Kantar Worldpanel Indonesia baru saja merilis trend Fast Moving Consumer Goods (FMCG) terhadap 7.000 rumah tangga di wilayah rural dan urban Indonesia, yang mampu mewakili sekitar 50 juta rumah tangga di Indonesia.

IMG_20151007_357

Secara umum, hingga Agustus 2015, secara umum tren FMCG mengalami penurunan, baik dari sisi value (rupiah) maupun volume (unit). Kategori foods adalah yang paling tinggi penurunannya. Dari sisi volume, penurunan kategori foods mencapai -4,2%. Sementara itu, hingga Agustus 2014, kategori tersebut justru tumbuh 2,9%. Di kategori dairy dan beverages, juga menunjukkan penurunan pada Agustus 2015. Masing-masing turun -0,8% dan -2,1%.

Sebaliknya, di kategori home care dan personal care, hingga Agusrus 2015, justru terjadi pertumbuhan. Secara volume, kategori home care tumbuh 3,4% dan kategori personal care tumbuh 2,9%. Meskipun demikian, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan kedua kategori tersebut di tahun ini terhitung turun atau rendah. Pada periode yang sama tahun 2014, kategori home care tumbuh 8% dan personal care tumbuh 5,5%.

Hasil temuan menarik lainnya dari survei ini adalah perilaku belanja konsumen Indonesia hingga Agustus 2015. Kantar membaginya dalam tiga kelompok berdasarkan Status Sosial Ekonomi, yakni Upper Class yang jumlahnya di Indonesia mencapai 25%, Middle Class 40%, dan Lower Class 35%.

Di seluruh kelompok tersebut, frekuensi belanja mengalami penurunan. Berapa kali penurunan belanja mereka? Di kelompok Upper Class penurunan frekuensi belanja mencapai -10%. Sementara itu, di kelompok Middle Class penurunan mencapai -11% dan kelompok Lower Class turun 5%.

Dari sisi volume, kelompok Upper Class dan Middle Class turun, masing-masing -4% dan -3%. Adapun Lower Class justru tumbuh 1%. Dari sisi price per unit, kelompok Middle Class dan Lower Class naik, masing-masing naik 5% dan 4%.

Kenaikan harga per unit itu disebabkan nilai kurs rupiah terhadap dolar yang terus melonjak. Sebaliknya, di kelompok Upper Class justru, price per unit mengalami penurunan -0,3%. Hal itu disebabkan prudusen ingin tetap mempertahankan konsumen Upper Class untuk tetap berbelanja dan tidak menurunkan frekuensi belanja mereka.

Temuan menarik ketiga lainnya adalah kinerja modern channel hingga Agustus 2015. Sampai periode itu, hypermarket merupakan modern channel yang penurunan value nya paling drastis, yakni -20%. Sedangkan minimarket dan supermarket, hanya -3% dan -2%. Bagaimana dengan traditional channel? Hingga periode itu, traditional channel justru mengalami kenaikan 2%.

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)