Co-Creation - Berpikir tentang Semut, Bukan Sarang Semut

Berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik adalah sebuah pendekatan intuitif dan bisa merugikan diri sendiri. Kehebatan tidak dibangun dari sesuatu yang terbaik, melainkan dari keberhasilan seseorang memenuhi kebutuhhan orang lain yang berbeda-beda.

Ini berarti yang terbaik hanya berlaku pada segmen tertentu, karena pada dasarnya setiap orang berbeda dan masing-masing punya sesuatu yang terbaik.

Suatu saat, sebuah produsen mobil ternama menyelenggarakan kompetisi berupa perbandingan pesaing. Mereka membeli satu contoh dari setiap model pesaing dalam kategori tertentu dan masing-masing dilapisi dengan perak, sementara atribut mereknya dilepas. Peserta kontes diminta untuk mengevaluasi.

Hasilnya, tidak hanya tidak bisa membedakan, peserta termasuk para ahli yang hadir menyaksikan tidak bisa memilih mobil yang mereka sukai. Ini karena mereka tidak melihat perbedaannya.

Pesan? Semua mobil itu sangat bagus, tapi berjuang dalam arah yang sama seperti orang lain adalah seakan jalan atau lari di tempat (treadmill) yang melelahkan yang hanya menawarkan keuntungan sementara. Karena itulah, jadi prima memang suatu keharusan, tapi yang terpenting adalah jadilah berbeda.

Mulainya dari mana? Sudah saatnya Anda mengubah cara dalam pembuatan perencanaan. Perencanaan dalam pengertian umum berkaitan dengan perancangan mekanisme komunikasi dan pengambilan keputusan dalam organisasi dimana informasi dan pilihan didesentralisasikan. Dalam teori perencanaan non-kooperatif, kedua aspek tersebut dipandang sebagai insentif.

Ini berarti teori ini menantang orang untuk berpikir tentang bagaimana perilaku strategis dan oportunisme dapat menghambat perencanaan, dan bagaimana hal ini dapat diatasi melalui pengorganisasian komunikasi dan pengambilan keputusan, perancangan sistem informasi dan pengendalian, dan pengembangan skema insentif.

Dalam konteks perencanaan, perusahaan selalu ingin mendapatkan wawasan dari informasi yang mereka dapatkan untuk membuat keputusan berdasarkan fakta yang lebih baik, cerdas, real-time, dan kenyataan. Ini membutuhkan kedalaman pengetahuan yang mendorong pertumbuhan kebutuhan akan alat dan platform data yang besar.

Dalam paradigm pemasaran gaya lama konsumen dianggap sebagai objek. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang atribut dan kualitas produk yang paling diinginkan konsumen pada produk yang telah direncanakan, dan kemudian perusahaan akan menciptakan produk tersebut dan mendorongnya untuk dijual. Jadi berapa banyak gambaran tentang pelanggan didapatkan perusahaan dengan cara seperti itu?

Pemasar baru melakukannya dengan cara yang berbeda. Pemasar baru melihat konsumen sebagai subjek. Dalam buku The Innovator’s Dilemma, Clayton M. Christensen menulis, banyak perusahaan sukses yang kemudian turun bukan karena mereka dikelola dengan buruk, tapi justru karena mereka dikelola dengan baik.

Mereka mendengarkan dan memuaskan kebutuhan pelanggan terbaik mereka. Mereka memfokuskan investasi pada segmen yang terbesar dan paling menguntungkan di pasar mereka. Mereka juga selalu meluncurkan produk baru yang lebih baik dari sebelumnya.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)