Data Lokasi Penting, Tapi Hati-hati

 

Walgreens adalah jaringan toko obat paling sukses di Amerika Serikat. Berawal dari sebuah toko keluarga di Chicago pada tahun 1901, Walgreens kini berkembang menjadi salah satu peritel makanan dan obat-obatan terlaris di dunia. dari 3.600 toko di seluruh negeri dan 6.000 yang dibuka pada tahun 2010, Walgreens berhasil bertahan dan bahkan berkembang saat pesaing lain yang lebih terkenal, tidak mendapatkan tempat dalam daftar majalah Fortune regular tentang perusahaan yang paling dikagumi dan paling baik.

Walgreens yang luar biasa naik ke puncak adalah salah satu contoh bagaimana kekuatan kecerdasan, bakat dan keuletan, dan komitmen yang tidak putus-putusnya terhadap nilai-nilai kuno dipadukan. Bagaimana bisa? Seperti diketahui, sistem informasi geografis tidaklah baru. Toko obat Walgreens telah menggunakan teknologi tersebut sejak 15 tahun pada setiap perencanaan pembukaan outlet baru dan marleting plannya.

Walgreen juga menyediakan informasi visual itu dengan data spesifik lokasi kepada pelanggannya yang dipublikasikan secara luas sehingga menjangkau banyak konsumen. Pelacakan atas bagaimana konsumen menggunakan data tersebut memberikan peluang bagi para manajer toko dan tim real estat perusahaan menggunakannya untuk perencanaan.

Sistem yang disebut WalMap, dapat digunakan untuk memvisualisasikan tren masyarakat setempat. Sebuah lonjakan dalam penebusan resep obat flu misalnya, membantu manajer toko memutuskan secara lebih awal untuk memesan lebih banyak vaksin sehingga dapat mencegah kekurangan stok obat.

Eksekutif penjualan Walgreens juga dapat merujuk tren tersebut ketika berbicara dengan pemasok sehingga data tersebut plus peta interaktif dapat digunakan oleh tim perencanaan perusahaan untuk menentukan tempat terbaik toko baru, berdasarkan demografi masyarakat, informasi pesaing, dan informasi tren penjualan. Mereka bahkan bisa melihatnya melalui iPad atau perangkat smartphone lainnya.

"Sepuluh tahun, tim kami harus mencetak peta dan mengirimkannya kepada mereka. Sekarang mereka bisa membawa perangkat mobile mereka, dan memiliki akses terhadap penjualan, demografi dan informasi tertarget yang diperbarui, "kata Jillian Elder, direktur intelijen lokasi Walgreens.

Terkadang peta layanan digunakan untuk pemanfaatan yang lebih tiggi. Bulan September 2015 silam misalnya, manajer di Texas membantu pihak berwenang setempat memprediksi target berikutnya untuk kejahatan lokal. "Dengan beberapa visualisasi kami, kami bisa menghentikan ini," kata Elder.

Memahami bagaimana dan pengalaman konsumen berbelanja sangat penting bagi peritel. Faktor-faktor seperti seberapa jauh calon pelanggan bersedia melakukan perjalanan untuk mendapatkan produk atau layanan dan rute mana yang paling mahal dan hemat sumber daya semuanya membantu memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang manfaat atau risiko yang terkait dengan pembukaan toko ritel di lokasi tertentu.

Selama bertahun-tahun, industri ritel berjuang untuk mengumpulkan data lokasi agar lebih memahami pelanggan mereka. Pemanfaatan data seperti pola lalu lintas, rute logistik dan kedekatan memberikan peluang bagi pengecer untuk tidak hanya menciptakan pengalaman pelanggan yang berkualitas, namun mengurangi risiko organisasi, meningkatkan efisiensi, dan meningkatkan lalu lintas calon pembelanja.

Pemanfaatan data lokasi juga membantu banyak pengecer menargetkan strategi pemasaran dan periklanan mereka lebih tepat sehingga dapat menjangkau konsumen dengan lebih baik. Intinya, menciptakan pengalaman berbelanja offline yang menguntungkan sama pentingnya dengan menciptakan pengalaman pelanggan yang positif secara online.

Namun data baru menemukan ada beberapa penghambat yang membuat pengecer dalam memanfaatkan analisis berbasis lokasi. Bagi peritel yang memiliki outlet belanja online, data lokasi penting untuk menciptakan keseimbangan pengalaman pelanggan online dan offline.

Persoalannya adalah data seluler dan sensor untuk mendeteksi pola tersebut terus bertambah banyak, kekuatan data tersebut melampaui pelacakan preferensi pelanggan dan janji untuk mengubah cara peritel menjalankan bisnis.

Penelitian yang dilakukan Retail Systems Research (RSR), menemukan bahwa sekitar setengah (47%) pengecer yang disurvei khawatir dengan faktor "creepiness" dalam pelacakan konsumen. Faktor tersebut adalah salah satu hambatan utama untuk menggunakan analisis berbasis lokasi.

Kenapa? Rasa penasaran itu membuat mereka terus melacak dan terus melacak. Mereka terus mengumpulkan data di satu sisi tapi di sisi lain mereka tidak pernah memanfaatkan data yang dikumulkan itu untuk membuat keputusan. Alhasil, waktu mereka terbuang percuma. Jadi tantangannya adalah bagaimana mengubah mengurangi rasa penasaran Anda itu untuk kemuian dialihkan guna menciptakan hasil yang bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)