It’s Showrooming

Smart phone selfie Asian woman in clothes closet of home bedroom or store dressing room next to clothing rack. Shopping girl taking a photo of her outfit using smartphone fashion app. Social media.
Mereka mencari produk yang sesuai dengan seleranya, membandingkan harga di toko tadi membelidi toko online yang memberikan penawaran harga lebih murah. Itulah showrooming.
Seorang pelanggan berjalan santai di sebuah toko di mall. Dia tidak mencari sesuatu tetapi pandangannya terfokus pada smartphone yang siap setiap saat. Dia tak mencari bantuan, tetapi bergerak langsung menuju bagian tertentu di toko. Dia menanggapi upaya tenaga penjual untuk menjadi akrab dengan segala keramahannya. "Ada yang perlu dibantu?" Atau "Dapatkah saya membantu Anda menemukan sesuatu?" dan sebagainya. Dengan meyakinkan, tenang, dia menjawab, “Saya baik-baik saja, terima kasih!" atau "Saya cuma melihat-lihat, terima kasih!”
Dia melihat dan mengambil sepatu, baju, topi atau perhiasan dan memperhatikan detail produk yang dipegangnya itu, mencobanya, merasakan beratnya, mencari tahu bagaimana rasanya, menyentuhnya, atau melihatnya di cermin. Itu dilakukan dengan beberapa versi produk atau merek yang berbeda atau item yang sama. Dia mencoba beberapa pasang sepatu atau mengetes lima atau enam pasang headphone yang berbeda.
Itu tidak terjadi dalam dua atau tiga menit. Pelanggan tersebut terus mencari tahu, membanding-bandingkan item yang dirasakan paling baik selama 10 sampai 15 menit. Selama proses tetsebut, pelanggan itu mungkin meminta anggota staf penjaga toko menemukan ukuran yang pas dengan gaya yang berbeda, tidak peduli, tidak diam-diam, dan tidak gugup. Semuanya berjalan wajar.
Setelah menghabiskan waktu di lantai penjualan Anda, menyentuh, merasakan dan mencoba barang-barang Anda, mendapatkan layanan atau bantuan dari staf penjualan Anda, dan sudah tahu persis produk yang dia rasa paling pas, dia mengeluarkan smartphone dari saku celana atau tasnya.
Pelanggan itu mengambil gambar produk atau memindai barcode dan kemudian mendapatkannya di web. Pelanggan itu, masih di toko Anda, mengakses Google atau Yahoo atau mesin pencari lain dan mencari harga yang lebih rendah di Amazon.com, Walmart.com, Best Buy.com, Jingdong, Tokopedia, BliBli.com, Alibaba atau toko online lainnya. Pelanggan mencari informasi tentang harga, dan informasi yang tersedia secara bebas pada waktu yang hampir real time, di mana saja, dan bertanya kepada siapa pun melalui smartphone-nya.
Setelah memanfaatkan toko dan inventaris, listrik, asuransi, biaya sewa, biaya modal yang Anda benamkan Anda, bahkan staf penjualan Anda untuk mendapatkan produk yang dirasa sesuai dengan yang dia inginkan, pelanggan itu berselancar di Internet untuk melihat dan mencari produk yang identik (atau cukup dekat) yang dapat dibeli dengan harga yang lebih rendah di pengecer online di tempat lain. Itu semua mungkin saja dilakukan di toko Anda.
Pelanggan tidak berusaha menyembunyikan yang mereka lakukan dari siapa pun. Ini karena fenomena itu kini telah menjadi sesuatu yang umum dilakukan di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia. Pelanggan duduk tepat di bangku atau kursi yang seharusnya digunakan oleh konsumen atau pembeli di toko itu, dia minum kopi yang mugkin mereka bawa dari toko lain, dan mereka melakukan perbandingan harga di internet. Fenomena ini disebut showrooming.
Survey yang dipublikasikan PostNord, Oktober lalu, memberi gambaran bahwa lebih dari setengah dari pengguna internet di Swedia berusia 18 sampai 79 tahun yang berencana untuk membeli hadiah Natal berencana menggunakan ponsel saat belanja Natal di toko-toko untuk mencari dan membandingkan harga produk. Survei itu juga mengungkapkan bahwa lebih dari sepertiga responden akan menggunakan ponsel mereka untuk mendapatkan informasi produk.
Ini sekaligus memberikan gambaran gap antara toko online dan toko offline. Ini juga membuat penyedia platform terus memperbaiki diri. Dalam enam bulan terakhir, jaringan sosial telah melipatgandakan upaya untuk membuat platform tempat transaksi e-commerce sehingga transaksi berjalan mulus. Beberapa pemain besar seperti Instagram dan Pinterest menambahkan fitur klik untuk pembelian. Instagram sedang menguji coba fitur ecommerce atau fitur belanja. Nantinya pengguna Instagram dapat memesan barang yang diinginkan langsung dari aplikasi Instagram di smartphone.
Fitur ecommerce ini masih dalam tahap ujicoba di Amerika Serikat. Layanan berbagi foto tersebut sudah bekerja sama dengan 20 brand terkenal seperti Kate Spade, JackThreads, dan Warby Parker. Dalam setiap foto yang tampil layanan tersebut, akan ada ikon tekan-untuk-lihat alias tap-to-view. Ikon itu akan menampilkan harga tiap-tiap jenis barang yang terpampang dalam satu foto. Sementara ini, maksimal lima jenis barang dalam satu foto yang bisa dibikinkan tap-to-view.
Tak cuma soal harga, pengguna bisa membuka tag yang tertempel di tap-to-view untuk menggali informasi mendalam terkait suatu barang. Semua itu bisa dilakukan tanpa meninggalkan aplikasi Instagram. “Fitur ini akan meningkatkan apa yang kami tawarkan sebagai brand melalui sebuah platform mobile,” kata CMO JackThreads, Ryan McIntyre.

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)