Penerimaan Masyarakat akan Nuklir Capai 72 Persen, Strategi Komunikasi BATAN Dinilai Efektif

Resistensi masyarakat Indonesia akan tenaga nuklir rupanya masih belum dapat dihilangkan sepenuhnya. Kendati demikian, tingkat penerimaan masyarakat akan tenaga nuklir tiap tahunnya menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.

tingkat penerimaan masyarakat akan tenaga nuklir tiap tahunnya menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. tingkat penerimaan masyarakat akan tenaga nuklir tiap tahunnya menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.

Tengok saja, bagaimana upaya berkelanjutan dari pemerintah melalui Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) masih terus berlangsung hingga kini, guna meyakinkan masyarakat Indonesia akan rencana pembangunan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir)--yang telah dicanangkan sejak tahun 1985.

Berbagai upaya sosialisasi guna menciptakan public trust dan image positif tentang tenaga nuklir sudah dilakukan BATAN. Antara lain, melalui iklan layanan masyarakat, menggandeng berbagai komunitas, menggelar program public relations (PR) dengan menjadikan media sebagai key opinion leader, menggelar experiential activation seputar teknologi nuklir yang melibatkan publik seperti Atomos Day, dan sebagainya.

Hasilnya, lewat riset terbatas terhadap masyarakat di Jawa, Madura, dan Bali pada tahun 2010, hanya 59 persen angka penerimaan PLTN. Tahun 2012, angka penerimaannya menurun menjadi 49,5 persen, lantaran pada Maret 2011 terjadi tsunami yang berdampak pada kecelakaan PLTN.

Tahun 2012-2014, angka penerimaan PLTN mengalami kenaikan signifikan. Pada tahun 2012, angka penerimaan mencapai 52,9 persen, tahun 2013 mencapai 60,4 persen, dan tahun 2014 angka penerimaan masyarakat akan PLTN naik lagi menjadi 72 persen.

Dijelaskan Djarot S. Wisnubroto, Kepala BATAN, riset tahun 2014 ini dilakukan secara nasional pada periode Oktober hingga November 2014 oleh lembaga riset independen. Jumlah responden mencapai 3000 orang dengan usia di atas 19 tahun. "Riset ini kami gelar untuk mengetahui sejauh mana tanggapan dan pengetahuan masyarakat tentang iptek nuklir, termasuk pemanfaatannya," tegasnya.

Dari angka penerimaan tersebut, alasan tertinggi penerimaan masyarakat akan PLTN adalah tidak ada pemadaman listrik dan listrik menjadi murah. Sementara itu, bicara harapan masyarakat, 63 persen berharap kehadiran PLTN dapat membuat tarif listrik lebih murah dan 47,4 persen berharap kehadiran PLTN dapat menjamin pasokan listrik.

Masih merujuk hasil riset tersebut, responden yang sudah tersentuh sosialisasi memiliki kecenderungan positif dan memiliki tingkat penerimaan yang tinggi akan tenaga nuklir. Hal itu menunjukkan bahwa upaya komunikasi yang telah dijalankan BATAN terhitung efektif. Oleh karena itu, sosialisasi yang komprehensif akan tenaga nuklir menjadi penting ke depannya.

Sementara itu, berdasarkan survei online selama dua minggu pada 25 Oktober hingga 19 November 2014 terhadap 1600 responden, 78 persen setuju membangun PLTN untuk memberikan solusi atas masalah listrik.

Sayangnya, bicara soal pemanfaatan tenaga nuklir, masih ada persepsi masyarakat bahwa tenaga nuklir untuk senjata. "Meskipun tentang pemanfaat nuklir untuk kepentingan listrik masih menempati peringkat pertama, namun di peringkat kedua persepsi pemanfaatan nuklir justru untuk senjata. Padahal, upaya komunikasi kami selama ini nuklir di Indonesia untuk sektor listrik, pangan, pertanian, dan kesehatan. Hal itu karena masih adanya stigma negatif tentang nuklir," tambah Djarot.

Untuk itu, tahun depan BATAN akan makin intensif melakukan komunikasi ke publik dan menyampaikan pesan bahwa nuklir di Indonesia pemanfaatannya untuk kemaslahatan masyarakat, antara lain untuk sektor listrik, kesehatan, pertanian, hingga pangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)