PR Corner: What CEO Wants from PR

Mengusung tema "What CEO Wants From PR", London School of Public Relation (LSPR) bekerja sama dengan Radio 105.8 Lite FM kembali mengadakan acara talkshow PR Corner pada Senin, (19/1) di Jakarta. Acara talkshow yang mengulas buku dengan judul yang sama tersebut menampilkan kebutuhan dan keinginan seorang CEO sebuah perusahaan dari seorang public relation (PR).

Acara yang dimulai pada pukul 20.00 WIB tersebut dimoderatori Agung Laksamana, Director Country Corporate Affairs Citibank Indonesia sekaligus Ketua Perhumas 2014 – 2017 yang juga penulis buku "What CEO Wants From PR". Turut hadir di sana Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk M. Arif Wibowo dan CEO PT Nutrifood Indonesia Mardi Wu sebagai narasumber.

Dikatakan host PR Corner Prita Kemal Gani, seiring berkembangnya industri, kebutuhan CEO terhadap PR terus meningkat. Namun, harus disadari bahwa PR perlu sejalan dan mengetahui apa yang diperlukan oleh para CEO tersebut. “Karena itulah, pada PR Corner kali ini, kami akan membahas buku yang ditulis oleh Ketua Perhumas Agung Laksamana yang sudah mewawancarai sekitar 21 CEO mengenai dunia PR dan apa yang diharapkan oleh mereka,” sebutnya.

Menurut Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo, sebagai seorang CEO fungsi utamanya adalah membangun dan menjaga reputasi perusahaan. Karenanya, langkah – langkah strategis untuk membangun perusahaan yang Reputable dan memiliki Trust di mata konsumen lewat peran seorang public relation (PR) menjadi sangat penting.

“Seorang PR tidak hanya sekadar mengartikulasi keinginan seorang CEO (perusahaan), tapi juga harus bisa mengatasi dan menguasai permasalahan serta industri,” tutur Arif. Ia menambahkan, seorang PR tidak hanya cukup dengan kemampuan teknis, tapi juga kemampuan networking. Seorang PR jgua harus mengerti kondisi perusahaan, termasuk soal kemampuan mengelola krisis.

“Di Garuda Indonesia, untuk memangkas aliran komunikasi yang panjang, saya menggunakan aplikasi Whatsapp dan membuat Group yang terdiri dari para 82 General Manager (GM) di seluruh dunia. Ini efektif dan efisien serta bisa dimanfaatkan untuk mengelola informasi secara langsung, termasuk ketika terjadi krisis,” sebut Arif. Lanjutnya, proses komunikasi itu disebut Quick Win dan digunakan agar para GM bisa memiliki ritme kerja yang sama dengan seorang CEO (Dirut) dan dapat pula dirasakan oleh seluruh karyawan.

Sama dengan M. Arif Wibowo, CEO Nutrifood Indonesia Mardi Wu mengatakan bahwa PR itu memiliki fungsi strategis di industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG). “Yang diharapkan dari seorang PR adalah mengerti visi perusahaannya. Bukan hanya mengerti, tapi juga menjalankan dalam kehidupannya. Seperti di Nutrifood, kami terapkan visi hidup sehat, dan semua karyawan di Nutrifood harus menerapkan hidup sehat dan berprilaku sehat juga,” katanya.

Masih menurut Mardi Wu, seorang PR harus menjalani nilai – nilai dan merefleksikan nilai perusahaan tersebut, atau dengan kata lain mentransformasi nilai perusahaan kepada publik. Namun, yang penting juga adalah gaya komunikasi seorang PR harus sesuai dengan gaya seorang CEO perusahaan tersebut, karena hal itu menunjukkan kultur perusahaan.

Apakah PR bisa meningkatkan pendapatan perusahaan? Mardi Wu menjawab bahwa Investasi di PR itu sangat sulit menghitung Return On Investment (ROI). “Satu hal yang pasti adalah seperti yang dicontohkan oleh Bill Gates, pendiri Microsoft, brand perlu dilindungi. Begitu juga halnya dengan produk. Dan, itu semua tugas seorang PR,” tegasnya

Melihat perkembangan digital saat ini, Mardi Wu juga menyebutkan pentingnya sosial media (sosmed) bagi para CEO sebagai corong dan ikon perusahaan yang tidak hanya di dengarkan oleh karyawan, tapi juga konsumen dan publik pada umumnya. “Sosial media menjadi tools CEO untuk berkomunikasi secara langsung kepada publik. Walaupun stigma sosmed sangat menakutkan bagi para CEO, tapi tidak dapat dipungkiri sosmed kini menjadi sebuah kebutuhan,” katanya.

Studi kasus yang masih hangat terjadi, kata Agung Laksamana, adalah bagaimana Tony Fernandez mengelola akun sosial media milik pribadi dan perusahaannya dengan baik untuk memutarbalikkan keadaan di saat krisis, dari dihujat berganti menjadi simpatik. “Ini adalah contoh nyata dimana peran CEO dalam PR juga sangat penting. Tentunya, seorang PR Strategis juga haus bisa menempatkan strategi yang baik agar informasi yang diberikan perusahaan sinkron dengan apa yang dikatakan CEO lewat sosial media miliknya," tutup Agung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)