Saatnya Kampus Berperan Melahirkan Digital Marketing Expert

Saat ini dunia marketing tengah mengalami tren yang mengejutkan. Walaupun saat ini kalangan profesional muda semakin banyak bermunculan, namun banyak di antara mereka yang tidak memiliki kemampuan (skill) yang dibutuhkan oleh pasar saat ini. Terutama, keahlian yang terkait digital marketing. Tak mengherankan, Digital Marketing Expert masih sulit dijumpai saat ini.

digital-marketing-expert

Mengapa demikian? Lee W Frederiksen berpendapat bahwa salah satu penyebabnya adalah pihak universitas atau kampus. Menurut studi yang dilakukan Frederiksen terhadap lebih dari 1.000 layanan penyedia jasa profesional, lebih dari 80% calon pengguna memanfaatkan website setiap layanan penyedia jasa tersebut sebagai sumber informasi sebelum memutusakan untuk memanfaatkan jasa mereka.

Sebagian besar badan usaha atau bisnis telah menyadari bahwa adanya berperbedaan cara kerja dunia marketing saat ini dengan beberapa tahun sebelumnya. Namun sayangnya, belum banyak universitas atau kampus yang berhasil mengimbangi perubahan-perubahan tersebut, sehingga lulusan digital marketing expert masih sangat minim dijumpai.

Pada umumnya, jurusan marketing di berbagai universitas menawarkan topik-topik kuliah seperti analisa marketing, analisa kuantitatif, teknik penelitian marketing, serta marketing management. Topik-topik yang diajarkan tersebut memang termasuk kemampuan yang berguna, namun sayangnya topik-topik itu belum disesuaikan dengan dunia digital marketing yang selalu bergerak cepat.

Menurut Frederiksen, ada beberapa hal yang perlu dibekali universitas kepada para mahasiswanya untuk dapat beradaptasi di era digital marketing.

1. Konten Marketing dan SEO
Saat ini konsumen sudah semakin pintar dan kritis. Mereka saat ini cenderung mencari firma atau perusahaan yang mampu mendemonstrasikan keahlian mereka, mampu mengedukasi konsumen, serta mampu membantu mereka dalam mengatasi setiap tantangan. Ketika mereka sedang mencari firma, konsumen sangat memanfaatkan search engine untuk membantu mereka menggali informasi. Konsumen ini cenderung memilih firma yang mendapat ranking tinggi di situs search engine. Search engine optimization (SEO) bukanlah hal baru, namun fungsinya sendiri telah mengalami perubahan beberapa tahun belakangan. Google membuat lebih dari 500 perubahan algoritma setiap tahunnya, dan strategi SEO-nya telah mulai berfungsi sejak beberapa tahun belakangan--beberapa “black hat” maupun beberapa situs yang relatif tidak berbahaya--dapat menyebabkan website Anda mengalami pinalti atau menjatuhkan ratings secara signifikan. Melihat betapa besarnya SEO dalam mempengaruhi website perusahaan atau firma, LinkedIn baru-baru ini menetapkan SEO di urutan ke-5 dalam kategori skill profesional paling berharga di tahun 2014. Oleh sebab itu, mahasiswa sebaiknya dibekali kemampuan untuk mengoptimalkan visibilitas konten website di search engines sesuai dengan praktik yang paling up-to-date. SEO hanyalah salah satu sarana yang dapat membantu mahasiswa untuk dapat meningkatkan reputasi perusahaan atau firma marketing tempatnya bekerja kelak.

2. Sosial Media
Sebagian besar mahasiswa saat ini telah akrab dengan berbagai situs jejaring sosial. Mereka bahkan telah menggunakan berbagai platform jejaring sosial untuk kehidupan personal mereka. Namun bukan berarti mereka telah lancar menggunakan sosial media untuk urusan bisnis. Di dalam industri marketing, sosial media adalah salah satu cara untuk mempromosikan konten, menampilkan budaya firma maupun brand, serta berhubungan dengan calon pengguna, para tokoh yang berpengaruh di industri, menampilkan keahlian, dan sebagainya. Sayangnya, sebagian besar program marketing di universitas tidak berhasil menggali topik-topik ini lebih lanjut. Mahasiswa yang mencari pekerjaan di bidang marketing harus memahami bagaimana cara menggunakan sosial media untuk meningkatkan website referral traffic dan meningkatkan visibilitas firma, dan bagaimana sosial media berkaitan dengan ditemukannya website di search engines. Pengetahuan mereka harus jauh di atas yang mereka gunakan sehari-hari -mereka perlu mengetahui “ins-and-outs” dari LinkedIn Groups, komunitas Google+, social advertising, dan fitur-fitur lainnya. Ini artinya, universitas harus lebih serius memandang peran sosial media di dalam industri.

3. Lead Nurturing dan Technical Skill
Untuk dapat mencetak lulusan yang dipersepsi sebagai kandidat yang kuat, mahasiswa harus memahami bagaimana cara kerja model lead nurturing, serta bagaimana tipe konten seperti blog, e-book, dan web mampu memenuhi kebutuhan audiens. Sebagai tambahan, mahasiswa juga harus familiar dengan tipe-tipe software yang paling sering digunakan pada berbagai program untuk melakukan digital marketing. Kebanyakan firma saat ini memberikan syarat bagi para jobseeker untuk memiliki pengalaman dengan program tertentu--mengajari beberapa jenis perangkat ini akan memberikan mahasiswa keuntungan yang sangat besar. Adapun beberapa program yang sebaiknya diajarkan kepada mahasiswa, antara lain email marketing software, social media management software and analytics, Google Analytics and Adwords, Customer relationship management (CRM) software serta content management systems (CMS). Walaupun program magang dapat menjadi sarana bagi mahasiswa untuk mempelajari berbagai software di atas, namun tidak semua mahasiswa beruntung mendapatkan tempat magang yang mampu membuat mereka mempelajari hal tersebut. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang teknologi ini tetap perlu dipelajari di kelas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)