Seneca Effects: Tumbuhnya Pelan, Jatuhnya Cepat

Lucius Annaeus Seneca, menurut standar apa pun, adalah orang yang sukses. Kaya dan berpengaruh. Filsuf itu bahkan menjadi tutor dan kemudian penasihat Kaisar Nero.

Dia mencapai posisi itu tidak dalam waktu singkat. Dia butuh bertahun-tahun untuk membangun karirnya itu. Itulah keberuntungan Saneca yang lambat yang membuatnya menjadi salah satu orang terkaya di masanya.

Tetapi semua kesuksesan ini dengan cepat sia-sia. Pertama, Seneca tidak disukai oleh Nero dan terpaksa meninggalkan politik dan pensiun balik lagi menjadi rakyat jelata.

Tidak lama kemudian, Seneca dituduh sebagai bagian dari konspirasi yang bertujuan membunuh Nero. Seneca dituduh berniat menggulingkan Nero dan mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar.

Apakah Saneca benar-benar mempunyai niat menggulingkan Nero, orang tidak bisa menduga-duga. Tapi kecurigaan itu cukup bagi Kaisar Nero untuk memerintahkannya melakukan bunuh diri. Seneca mematuhinya dan mengiris pembuluh darah pergelangan tangannya di depan publik, seperti kebiasaan pada waktu itu.

Itu adalah akhir yang cepat setelah kesuksesan yang panjang. Orang dapat melihat kisah ini sebagai salah satu ilustrasi terbaik dari sesuatu yang ditulis Seneca kepada temannya Lucilius, bahwa “kehancuran itu cepat.”

Inilah yang oleh Ugo Bardi, seorang matematikawan, ditulis dalam bukunya yang berujudul THE SENECA EFFECT: Why Growth is Slow but Collapse is Rapid. "The Seneca Effect" merujuk pada fenomena di mana kehancuran atau kejatuhan suatu sistem atau organisasi terjadi lebih cepat daripada pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan kata lain, pertumbuhan berjalan secara lambat, di sisi lain, kehancuran terjadi dengan cepat.

Kehancuran Seneca yang cepat mencerminkan kehancuran Roma. Pada masa Seneca, Kekaisaran Romawi masih merupakan struktur yang kuat dan megah. Tapi itu mulai mengembangkan celah pertama yang menggambarkan keruntuhan di masa depan.

Petunjuk buruk pertama tentang masa-masa buruk itu muncul saat pertempuran Teutoburg, pada 9 M. Ketika itu, tiga pasukan Romawi disergap dan dipotong-potong oleh koalisi suku-suku Jerman.

Itu adalah kejutan yang mengerikan bagi orang Romawi, sebanding dengan kejutan yang dirasakan orang Barat modern dengan serangan terhadap World Trade Center di New York pada 11 September 2001.

Bagi sebagian orang Romawi kuno, dikalahkan oleh sekelompok yang – yang dianggapnya – tidak beradab, barbar dan menentang semua aturan alam semesta, tidaklah mungkin.

Tetapi itulah yang terjadi dan Kaisar Augustus, seorang
politisi yang sempurna, mengeksploitasi kekalahan itu dengan sebuah karya agung
propaganda. Dia menyebarkan desas-desus bahwa dia sangat terkejut.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)