International/Global

KEGAGALAN MEREK GLOBAL MASUK KE PASAR CHINA

Perusahaan-perusahaan terkemuka dunia menemui batu sandungan dalam menaklukkan pasar China yang penuh teka-teki. Mengapa mereka gagal? Lalu apa strateginya sehingga berhasil masuk ke pasar China?

.

.

Di pasar yang ramai di China, di mana semangat perdagangan bertemu dengan tradisi kuno, kisah merek-merek global terungkap dengan cara yang berbeda dari belahan dunia lain. Ini adalah tanah di mana Intel dan Nike menemukan surga yang menguntungkan, tetapi bagi beberapa orang, impian China tetap menjadi itu — hanya mimpi.

Tahun 2011 merupakan tahun yang mengejutkan bagi raksasa ritel global seperti Best Buy dan Home Depot, yang menutup gerai megah mereka, meninggalkan hanya gema dari rencana ambisius mereka. Bahkan raksasa teknologi, Google, eBay, dan Amazon, menemukan diri mereka terpaut oleh kompetisi lokal yang gesit. Walmart, dengan jejak globalnya yang luas, menyaksikan pangsa pasarnya menurun, tren yang tidak biasa untuk narasi dominannya.

Upaya untuk mengungkap alasan kegagalan yang tidak terduga ini mendorong Shaun Rein, kontributor CNBC dan pengamat dinamika pasar yang tajam, untuk menggali pengalaman orang-orang yang memimpin korporasi ini. Pencariannya akan jawaban melintasi pengakuan jujur dari eksekutif dan wawasan yang diperoleh dengan susah payah dari mereka yang berani menjelajahi ekspansi ekonomi China.

Apa yang dia temukan adalah kisah bukan tentang kesulitan eksternal tetapi kesalahan internal. Proteksionisme, korupsi, atau kehematan konsumen bukanlah pelakunya; melainkan cerita tentang keangkuhan perusahaan. Merek-merek ini, yang dihiasi dengan kesuksesan di tempat lain, terjungkal karena enggan menyesuaikan strategi mereka dengan kondisi pasar China yang rumit.

Best Buy, dengan strategi ritel “kotak besar”nya, tidak menemukan tempat di tengah-tengah keramaian perkotaan Shanghai. Kompetitor lokal mengambil kesempatan itu, mendirikan toko-toko kecil di tingkat dasar yang menarik konsumen dengan akses yang mudah dan jajaran produk yang terfokus. eBay juga belajar pelajaran yang berat ketika server mereka dipindahkan ke tanah AS, hanya untuk melihat setengah dari lalu lintas mereka layu karena kecepatan yang lambat — keputusan yang dipicu oleh eksekutif yang jauh dan terputus dari realitas lapangan.

Walmart, dengan toko-tokonya yang besar dan inventaris yang luas, gagal memperhatikan rantai lokal yang lincah dan toko khusus yang merebut hati pasar dengan melayani keinginan yang berkembang dari konsumen China. Keengganan raksasa Amerika itu untuk beradaptasi membuatnya bergulat dengan bagian yang semakin mengecil dari pasar.

Penyelidikan Rein menggambarkan pasar di mana kemenangan bukan milik yang kuat tetapi bagi yang gesit dan selaras. Inti temuan-temuannya beresonansi dengan pesan yang jelas — di China, merek-merek global yang berkembang adalah mereka yang mendengarkan bisikan lokal, menerima fleksibilitas, dan menghormati kekuatan pesaing domestik. Sarang naga bukanlah tempat untuk template yang kaku; ini menuntut penghormatan, pemahaman, dan kesiapan untuk bertransformasi.

Secara teoritis, strategi yang terstandarisasi secara global adalah pendekatan terbaik untuk secara konsisten menyampaikan proposisi nilai global kepada segmen target.

Namun, dalam praktiknya, standardisasi strategi pemasaran merek seringkali tidak realistis. Meskipun globalisasi meningkat, perbedaan signifikan antar negara tetap ada. Anda tidak hanya berurusan dengan bahasa asing yang mungkin tidak dikuasai dengan lancar oleh tim Anda, tetapi juga dengan persaingan lokal, regulasi, dan banyak nuansa halus dari selera lokal dan budaya.

Page: 1 2

Edhy Aruman

Edhy Aruman - Wartawan Utama (2868-PWI/WU/DP/VI/2012...), pernah menjadi redaktur di majalah SWA. Sebelum di Swa, Aruman pernah meniti karier kewartawanan di harian Jawa Pos, Berita Buana, majalah Prospek, Harian Republika dan editor eksekutif di Liputan 6 SCTV, sebelum pindah ke SWA (http://www.detik.com/berita/199902/990212-1319.html). Lulus S3 Komunikasi IPB, Redaktur Senior Majalah MIX, dosen PR FISIP UI, dosen riset STIKOM LSPR Jakarta, dan salah satu ketua BPP Perhumas periode 2011-2014.

Recent Posts

Dukung SDGs, Smartfren Jalankan Inisiatif Keberlanjutan Berbasis Corporate Value “Panca Garda”

MIX.co.id - Sepanjang 2024, Smartfren telah menggelar rangkaian program corporate social responsibility (CSR) melalui lima…

2 hours ago

BAGAIMANA MENJEMBATANI KESENJANGAN SIKAP PROIDUK HIJAU?

Isu keberlanjutan kini menjadi fokus global, mendorong perusahaan dan masyarakat untuk menemukan cara yang dapat…

3 hours ago

Hadir di Indonesia, Tumbler frank green Usung Sustainable Lifestyle

MIX.co.id - Pada kehidupan modern saat ini, berbagai aktivitas manusia sering memberikan dampak buruk terhadap…

2 days ago

Jelang Nataru, Indosat Optimalkan Jaringan di 15.731 Lebih Lokasi

Director & Chief Technology Officer Indosat Desmond Cheung, President Director & CEO Indosat Vikram Sinha,…

3 days ago

wondr by BNI Berbagi Tips Rencanakan Liburan Akhir Tahun

MIX.co.id - Menyambut liburan akhir tahun, BNI melalui wondr by BNI berbagi tips untuk menikmati…

3 days ago

PLN Berkolaborasi dengan Alunjiva Gelar “Synergy Fest 2024”

MIX.co.id - Memanfaatkan momentum Hari Disabilitas Internasional, PT PLN (Persero) berkolaborasi dengan Alunjiva Indonesia menggelar…

3 days ago