Di tangan Frederick Winslow Taylor, sekop bukan hanya alat gali. Ia jadi simbol revolusi kerja modern—mengajarkan bahwa kerja cerdas, bukan keras, bisa mengubah cara dunia berpikir tentang produktivitas.
.

.
Sekop. Benda sederhana. Gagang kayu, lempengan logam. Dipakai untuk menggali, menyendok, memindahkan sesuatu. Tapi siapa sangka, benda sederhana ini pernah jadi alat revolusi dunia kerja.
Di akhir abad ke-19, seorang pria bernama *Frederick Winslow Taylor* mengubah cara orang bekerja—bukan dengan teknologi canggih, tapi dengan ilmu dan logika.
Taylor adalah seorang insinyur dan pelopor manajemen ilmiah dari Amerika Serikat. Ia dikenal karena merancang metode kerja yang efisien melalui studi waktu dan gerakan, serta memperkenalkan prinsip *“satu cara terbaik”* dalam menyelesaikan tugas.
Tujuannya? Meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan pekerja, sekaligus memperbaiki sistem kerja yang berantakan.
Saat itu, Taylor melihat dunia kerja penuh kebiasaan lama yang tak pernah ditantang. Di pabrik-pabrik, para pekerja bekerja sesukanya. Tidak ada standar. Tidak ada metode pasti.
Satu orang menyekop begini, yang lain begitu. Semua berdasar kebiasaan turun-temurun. Hasilnya? Lambat, tidak efisien, dan bikin manajemen frustrasi.
Taylor tidak tinggal diam. Ia tidak menyalahkan pekerjanya. Ia justru penasaran: _Kalau pekerjaan ini dilakukan dengan cara terbaik, seharusnya bisa secepat dan seefisien apa, sih?_
Di sinilah sekop masuk dalam cerita.
Taylor mempelajari pekerjaan paling dasar di pabrik baja. Disitu pekerja memindahkan besi dengan sekop. Ia mengamati, mengukur, dan mencoba berbagai cara.
Hasil penelitiannya mengejutkan: satu sekop sebaiknya hanya mengangkat...