Di usia 56 tahun, Nunik Maharani membuktikan bahwa tak ada kata terlambat untuk menepati janji. Setelah 38 tahun tertunda, ia akhirnya menjalani sidang skripsi melalui jalur RPL di LSPR.
.

.
30 Juni lalu menjadi tonggak penting dalam perjalanan hidup Nunik Maharani. Di usia 56 tahun, ia menjalani sidang skripsi di Program Studi Komunikasi Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR.
Bukan sekadar sidang biasa, tapi penanda bahwa janji, semangat, dan ketekunan selalu menemukan jalannya, tak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Selama tiga semester terakhir, Nunik menempuh jalur _Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL)_ , sebuah program yang memungkinkan orang dewasa dengan pengalaman panjang di dunia profesional untuk kembali ke bangku kuliah. Disini seluruh proses belajar di luar kelas – semisal sebagai profesional -- diakui sebagai bagian dari perjalanan akademik.
Namun, bagi Nunik, RPL bukan sekadar program akademik. Ini adalah bagian dari janji yang sudah ia ikrarkan sejak usia 18 tahun — janji kepada sang ayah bahwa suatu hari ia akan menyelesaikan pendidikan tinggi dengan usahanya sendiri.
Tiga puluh delapan tahun berlalu, hidup membawa Nunik ke berbagai peran: menjadi seorang profesional di dunia komunikasi, istri, ibu, hingga pemimpin di perusahaan besar. Tapi di dalam hatinya, janji itu tetap ada, menunggu untuk ditepati.
Dan akhirnya, 30 Juni itu, di usia 56 tahun, Nunik duduk di hadapan para dosen penguji, memaparkan hasil skripsinya, membawa serta seluruh pengalaman hidup, kerja keras, dan semangat belajar yang tak pernah padam.
Usia hanyalah angka. Belajar adalah pilihan yang tak pernah mengenal batas waktu.
Sidang skripsi hari itu menjadi simbol bahwa tak ada kata terlambat untuk memulai, menepati janji, atau menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Nunik Maharani membuktikan bahwa setiap orang punya ritme waktunya masing-masing — yang penting, jangan pernah berhenti berjalan.
Hidup tidak pernah bergerak dalam garis lurus yang sama untuk semua orang. Ada yang lebih cepat sampai, ada yang harus menunggu lebih lama, ada yang harus melewati jalan memutar, bahkan terhenti sejenak sebelum akhirnya menemukan jalannya sendiri.
Di antara semua kisah itu, perjalanan hidup Nunik Maharani menjadi bukti nyata bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulai lagi, dan bahwa setiap orang punya ritme waktunya sendiri.
Awal Mei lalu, Nunik mengakhiri pengabdiannya selama sembilan...