Serial The Auditors dan kisah keluarga Gucci mengungkap bagaimana konflik internal tanpa tata kelola yang jelas dapat menghancurkan bisnis keluarga. Namun, keduanya juga menunjukkan pentingnya tata kelola untuk keberlanjutan.
.
.
Hari-hari ini saya asyik menonton serial The Auditors di Netflix. Serial “The Auditors,” bercerita tentang konflik antara dua saudara, Hwang Se Woong dan Hwang Dae Woong, menjadi pusat perhatian.
Hwang Se Woong, yang menjabat sebagai presiden direktur sementara, mencurigai adiknya, Hwang Dae Woong, terlibat dalam praktik korupsi di perusahaan keluarga mereka, JU Construction. Hwang Se Woong merekrut Shin Cha Il sebagai kepala tim audit di perusahaan. Ia dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, analitis, dan pragmatis, dengan reputasi tidak kenal ampun terhadap praktik korupsi di perusahaannya.
Reputasi Shin Cha Il sebagai auditor yang tegas dan berintegritas tinggi membuatnya disegani di lingkungan kerjanya. Kepemimpinannya yang tanpa kompromi terhadap korupsi menciptakan dinamika yang menegangkan dalam upaya membersihkan perusahaan dari praktik-praktik tidak etis.
Shin Cha Il menggunakan audit mendalam untuk mengungkap kejahatan di JU Construction, termasuk korupsi dan pembunuhan Hwang Gun Woong. Melalui investigasi data keuangan, pemantauan aktivitas, dan kerja sama dengan saksi kunci, ia mengungkap keterlibatan Hwang Se Woong. Bukti yang dikumpulkan memastikan keadilan ditegakkan, membongkar korupsi sistemik di perusahaan
Langkah-langkah investigasi yang dilakukan oleh Shin Cha Il tak hanya mengungkap fakta-fakta kejahatan, tetapi juga memperlihatkan akar permasalahan yang lebih dalam. Konflik internal dalam keluarga Hwang menjadi katalisator utama yang memicu perebutan kendali atas perusahaan, menciptakan ketegangan yang berujung pada pengkhianatan dan tindakan kriminal.
Ketegangan ini mencerminkan ambisi pribadi dan perebutan kekuasaan di antara anggota keluarga Hwang. Ambisi dan perebutan kekuasaan yang memanas di antara anggota keluarga Hwang tidak terlepas dari absennya mekanisme pengelolaan yang efektif dalam keluarga.
Ketidakmampuan untuk menyelaraskan visi bersama dan mengelola konflik secara konstruktif membuka ruang bagi konflik yang semakin dalam. Situasi ini menyoroti pentingnya tata kelola keluarga yang terstruktur untuk mencegah kerugian jangka panjang bagi bisnis.
Kurangnya tata kelola keluarga yang kuat tampak jelas dalam dinamika ini. Ketiadaan struktur dan aturan yang jelas dalam manajemen keluarga menyebabkan konflik internal yang merugikan perusahaan. Tanpa pedoman yang tegas, ambisi individu mengesampingkan kepentingan bersama, mengakibatkan perseteruan yang memperlemah integritas dan stabilitas bisnis keluarga.
Dinamika seperti ini tidak hanya terjadi di satu keluarga, tetapi menjadi pola umum dalam banyak bisnis keluarga besar, termasuk dalam kisah Gucci. Ketidakhadiran tata kelola yang jelas sering kali memicu konflik internal yang berdampak pada keberlanjutan bisnis. Sejarah Gucci mencerminkan bagaimana keberhasilan generasi awal bisa berubah menjadi tantangan besar saat kepemimpinan diteruskan tanpa aturan yang tegas.
Page: 1 2
MIX.co.id – Pemerintah terus berupaya mendorong ekonomi digital dan ekonomi hijau berkembang pesat di Tanah…
MIX.co.id - United E-Motor kembali berpartisipasi di Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025. Brand motor…
MIX.co.id – Kamar Dagang Amerika di Indonesia (AmCham Indonesia) mengangkat Donna Priadi sebagai Managing Director…
MIX.co.id – Merasa nyeri otot setelah berolah raga atau melakukan aktivitas berlebih kerap dialami banyak…
MIX.co.id - Diplomat Success Challenge (DSC) Season 15 baru saja digelar Wismilak Foundation. Program kompetisi…
MIX.co.id - The Apurva Kempinski Bali berkomitmen menjalankan inisiatif keberlanjutan dalam praktik bisnisnya. Salah satunya,…