Floating Market Lembang, “Mainan” Baru Raja FO

Ini adalah “mainan” kesekian belas yang dilahirkan “Raja Factory Outlet” Bandung Ferry Tristianto untuk membidik pasar besar konsumen Jakarta dan sekitarnya. Floating Market lembang! Pada umurnya yang ketiga sekarang, destinasi wisata yang sedang happening di kawasan Bandung ini rata-rata dikunjungi 4.000 tamu pada hari biasa, dan lebih dari 10 ribu orang pada akhir pekan. Bahkan pada festive season semacam Lebaran dan Tahun baru, angka tersebut bisa melonjak hingga mendekati 20.000 pengunjung dalam satu hari.

Harap dicatat, “40%-50% pengunjung Floating Market adalah wisatawan dari Jakarta,” ungkap Adrian Prasetya, sang Putra Mahkota yang diberi wewenang memegang pucuk pimpinan PT Perisai Wisata Utama, salah satu jaringan perusahaan The Price Big Cut Group (TBGC) yang bergerak di bidang wisata kuliner Bandung.

Ah, Anda yang “orang Jakarta” pasti tidak asing dengan sederet maskot kuliner dan wisata kreatif ala Bandung: Rumah Sosis, Bali Heaven Pasteur, Kampung Baso, Taman Kupu-kupu, All About Strawberry, De Ranch, Tahu Lembang, Rumah Stoberi, Lemongrass Spa, Nasi Kalong, Bandung Food Festival, Praoe Seafood dan sederet brand unik lainnya buah tangan dingin Ferry.

Sebelum itu, Ferry sudah dikenal dengan kepionirannya dalam mengangkat ekuitas pakaian-pakaian sisa ekspor menjadi alternatif busana branded yang dirindukan segmen menengah (Jakarta)--ketika purchasing power mereka sempat turun dilibas badai moneter pada 1998 lalu. Saat ini, Big Price Cut, Aamani Store, Bale Anak, Unusual, Galeri Lelaki, The Secret, The Oasis, The Summit, The Heritage, The Stock Town adalah brand-brand FO “mainan” Ferry yang terdengar begitu seksi di telinga konsumen dengan brand knowledge yang cukup baik.

Sesuai namanya, Floating Market Lembang merupakan sebuah food court (market place) berkonsep pasar terapung yang memberdayakan UMKM. Menurut Adrian, Ayahnya memperoleh ide dari tayangan sela RCTI Oke tentang pasar terapung Banjarmasin yang populer beberapa tahun lalu. Di fourt court tersebut, Ferry megumpulkan para penjaja makanan asal Lembang terseleksi untuk menempati 45 perahu yang terapung di sepanjang tepian danau alam di area itu. Para tenant tersebut tidak dikenakan uang sewa, namun manajemen menerapkan sistem komisi yang besarnya berkisar 25% hingga 28% dari penjualan.

Yang unik adalah sistem pembayaran dengan menggunakan koin pada hampir semua transaksi. Setiap pengunjung masuk, bisa menukarkan koin dalam lima pecahan 5, 10, 20, 50, dan 100. Masing-masing pecahan tersebut nilainya sama dengan mata uang kelipatan ribuan. Jadi kalau ingin membeli semangkuk bakso cuanky panas seharga Rp15 ribu, pengunjung tinggal menyerahkan dua keping koin 5 dan 10, atau sekeping koin 20 untuk mendapat kembalian koin pecahan 5. Tenant boleh menukarkan koin penghasilan mereka setiap dua minggu. Sayangnya koin itu tidak boleh dikembalikan (refund) jika pengunjung telajur menukarkannya lebih dari kebutuhan. Berdasarkan pengamatan Adrian, rata-rata pengunjung Floating Market menghabiskan koin senilai Rp 50-60 ribu dalam satu kali kunjungan.

Selain untuk mencegah praktik kecurangan tenant dalam melaporkan volume penjualan, menurut Adrian, keberadaan koin ini juga menjadi trademark bagi kompleks wisata Floating Market. Untuk keperluan tersebut, manajemen sengaja membangun patung koin setinggi lebih dari 150 cm yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk berfoto-foto. Ikon inilah yang paling sering menjadi penanda foto pengunjung ketika mengunggahnya ke media sosial. Kecuali di media sosial, popularitas Floating Market banyak terangkat oleh aktivitas komunikasi para blogger. Selain dari Jakarta, para blogger itu ada juga yang berasal dari Malaysia, Singapura dan India, sehingga awareness Floating Market Lembang sekarang sudah melampaui batas negara.

Oya, selain pasar terapung, di Floating Market juga terdapat beberapa wahana permainan yang menarik. Antara lain Miniatur Kereta Api seluas 2.000 meter persegi dengan tiket masuk Rp15 ribu. Wahana ini mengambil landscape dari bentang alam di sekitar Padalarang, sehingga pengunjung seperti benar-benar diajak melakukan perjalanan berkereta jalur Jakarta-Bandung lengkap dengan jembatan Cikubang-nya. Selain itu juga ada wahana Kebun Sayur—sayang pengunjung belum dibebaskan untuk ikut memanen, Becak Mini, dan Wisata Adrenalin Anak. Namun yang paling favorit bagi anak-anak adalah Taman Kelinci. Dengan tiket masuk Rp15 ribu, pengunjung akan mendapat dua batang wortel untuk makanan kelinci, dan mereka juga bebas berinteraksi dengan lebih dari 100 kelinci lucu yang jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Di luar itu masih ada wahana-wahana air semacam sampan, dan perahu air.

floating-market-lembang3Saat ini Floating Market menempati area seluas7,2 hektar, dan dalam waktu dekat direncanakan akan ada perluasan seluas 4 hektar. Untuk pengembangan selanjutnya, manajemen sudah merencanakan sebuah wahana “Windowshop Bandung” dan kolam renang khusus hijabber setelah melihat besarnya potensi segmen menengah muslim yang berkembang belakangan. Oya, selain itu Adrian mengungkapkan jika bulan Desember nanti mereka akan membuka sebuah tempat wisata berkonsep ranch dan pusat oleh-oleh di kawasan Puncak, Bogor dengan investasi awal sekitar Rp5miliar – Rp8 miliar. Ferry bahkan sempat dipanggil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama untuk membicarakan prospek pengelolaan Setu Babakan (Jakarta Selatan) agar menjadi daerah wisata serupa Floating Market Lembang. (Nurur R. Bintari)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)