Setiap brand pada dasarnya memiliki brand's voice yang mampu mewakili karakter sekaligus menjadi identitas. Sejatinya, brand's voice dapat berkomunikasi pada target market dengan pendekatan yang jauh lebih berkesan. Marketers yang cerdas dapat memahami brand's voice dan memanfaatkannnya untuk menciptakan hubungan yang emosional dengan pelanggan.
Menurut Will Kerschbaum, seperti yang dikutip dari Business2Community, brand's voice berbeda dengan brand's tone. Oleh karena itu, marketers harus mampu membedakan antara voice dan tone yang dimiliki brand.
Membedakan Brand's Voice dengan Tone
Brand's voice harus konsisten dan tidak boleh berubah. Sebab, brand's voice mencerminkan kepribadian, identitas, serta karakter dari brand Anda. Oleh karena itu, brand's voice dapat membantu marketers untuk berkomunikasi dengan target market maupun pelanggan, Mereka dapat dengan mudah mengidentifikasi brand lewat brand's voice. Berbeda dengan brand's voice, tone dari sebuah brand terus menerus berubah dan menyesuaikan konteks tertentu.
Setelah memahami perbedaan antara brand's voice dan tone, maka marketers harus mampu mencari cara menemukan serta menciptakan brand's voice. Cara untuk menemukannya adalah dengan melontarkan sejumlah pertanyaan di bawah ini. Pertama, Apa pola dasar (Archetype) brand Anda? Pola dasar dari sebuah brand memainkan peranan utama dalam membangun brand serta identitas merek.
Kedua, Apa core value dari brand Anda? Core value merupakan kunci untuk menciptakan culture. Meski tidak berdampak langsung pada branding, core value dapat sangat membantu branding. Mengapa? Karena, Anda dapat berpikir ingin seperti apa brand Anda dirasakan oleh pelanggan.
Ketiga, Bagaimana brand percieved Anda? Meminta pelanggan Anda berpikir tentang apa yang mereka rasakan terhadap brand Anda, maka hal itu bisa membantu memperjelas brand's voice. Bahkan, hal itu dapat membantu Anda dalam merancang pesan brand yang akan dikomunikasikan.
Keempat, Jika brand diibaratkan karakter fiksi, maka pelanggan ingin menjadikan brand kita apa? Pertanyaan seperti itu merupakan cara yang bagus untuk menarik inspirasi dan membentuk pemahaman marketers tentang brand's voice.
Kelima, Apa yang merek lain lakukan? Marketers harus mampu melihat apa yang kompetitor lakukan dan merek lain dari industri yang berbeda. Marketers juga harus melihat apa yang dilakukan pesaing Anda dan menemukan peluang untuk dapat keluar dari keramaian.
Bagaimana Mempertajam Tone yang Tepat
Mempertajam nada yang tepat sama saja dengan memahami siapa pelanggan Anda sebenarnya, termasuk berlatih empati kepada mereka. Kelihatannya itu sederhana, tapi tidak selalu mudah bagi marketers. Untuk menciptakan tone yang tepat, marketers dapat mengikuti panduan berikut ini. Pertama, Kenali siapa pelanggan Anda. Kedua, Pertimbangkan apa yang pelanggan Anda pikirkan dan rasakan terhadap brand Anda saat ini. Ketiga, cari tahu apa kebutuhan pelanggan Anda sekarang. Dengan memahami konteks dari pelanggan Anda, maka Anda akan memukul dengan nada atau tone yang tepat. Artinya, Anda tidak harus mengambil banyak waktu, tetapi sebaliknya malah tidak mampu mencuri perhatian pelanggan Anda.