Kekayaan kuliner tradisional yang dimiliki Indonesia dinilai Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sebagai salah satu "nilai jual" untuk menarik minat para wisatawan. Diungkapkan Menteri Pariwisata Arief Yahya, Indonesia punya potensi besar dalam mengembangkan gastronomi dengan keunikan dan keanekaragaman yang bersumber dari etnik dan budaya suku yang ada. Keunikan gastromi Indonesia tersebut dipengaruhi oleh unsur geografis, jenis pangan, dan latar belakang sejarah.
"Indonesia sejak Abad XV sudah terkenal ke mancanegara sebagai sumber rempah-rempah dunia dan dikenal pula dengan hidangannya yang beragam dan unik. Sayangnya, keunikan dan keanekaragaman gastronomi Indonesia ini makin tergerus oleh waktu dan zaman serta perubahan pola gaya hidup masyarakat. Untuk itu, perlu upaya perlindungan agar berkembang dan mampu bersaing di era globalisasi saat ini,” kata Arief.
Sementara itu, wisata kuliner memiliki potensi ekonomi yang besar. Tahun 2013 kontribusi nilai tambah bruto sektor kuliner mencapai Rp 208,6 triliun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,5 persen dari tahun 2012-2013. Sektor kuliner juga menyerap tenaga kerja sebesar 3,7 juta orang dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 26 persen. Unit usaha yang tercipta dari sektor itu juga tercatat sebesar 3 juta dengan rata-rata pertumbuhan 0,9 persen. Hal itu membuktikan bahwa kuliner Indonesia dapat menjadi salah satu faktor penggerak ekonomi masyarakat.
Bersamaan dengan kegiatan Dialog Gastronomi Nasional yang berlangsung di Hotel Gran Mahakam Jakarta pada 23-24 November 2015, Kemenpar meluncurkan destinasi wisata kuliner unggulan 2015. Obyektif dari peluncuran tersebut adalah untuk mengembangkan potensi gastronomi dan mengidentifikasi langkah pelestarian makanan tradisional serta sebagai upaya pengembangan usaha makanan Indonesia menghadapi era globalisasi.
"Pengembangan gastronomi nasional merupakan bagian dari upaya membangun karakter bangsa guna menjaga kearifan lokal di masing-masing daerah agar tidak hilang. Salah satu sumber penyebab sulit berkembangannya gastronomi Indonesia karena hilangnya nilai kearifan lokal yang dimiliki tiap-tiap daerah dan etnis, sementara masyarakat urban di kota-kota besar di Indonesia juga semakin jarang bersentuhan dengan identitas asal mereka," tambah Arief.
Pelestarian dan pengembangan serta globalisasi warisan makanan tradisional Indonesia, menurut Arief, menjadi sebuah tantangan besar. Kesadaran masyarakat menjadi kunci utama dalam menjawab tantangan tersebut. "Masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang besar harusnya menyadari bahwa gastronomi Indonesia tidak dibangun dalam keselarasan dan kesamaan, akan tetapi dibentuk dalam kekontrasan (harmony in contrary) karena keanekaragaman justru menjadi keunikan gastronomi Indonesia,” kata Arief Yahya.
Kemenpar tahun ini resmi menetapkan lima destinasi wisata kuliner unggulan, yakni Bandung, Solo, Yogyakarta, Semarang, dan Bali berdasarkan enam kelayakan. Yakni, produk dan daya tarik utama, pengemasan produk dan even, kelayakan pelayanan, kelayakan lingkungan, kelayakan bisnis, serta peranan pemerintah dalam pengembangan destinasi wisata kuliner. "Jumlah tersebut diharapkan akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya kesiapan dan komitmen pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi wisata kuliner di daerahnya masing-masing," harap Arief.
Dengan dinobatkannya rendang sebagai salah satu makanan terlezat di dunia (World’s 50 Most delicious Foods) versi CNN, menunjukkan bahwa kuliner Indonesia memiliki daya tarik yang besar dan dapat diterima oleh masyarakat internasional. "Sudah selayaknya kuliner Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan menunjukkan taringnya di dunia internasional. Termasuk, mampu bersaing dengan negara-negara lain dengan kulinernya seperti Perancis, Italia, Jepang, Korea Selatan dan Thailand," tutup Arief.
1 thought on “Kemenpar Rilis Lima Destinasi Wisata Kuliner Unggulan”