Data BPS dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menunjukkan bahwa PDB (Pendapatan Domestik Bruto) ekonomi kreatif Indonesia di tahun 2016 mencapai Rp 923 triliun. Itu artinya, 7,4% dari total PDB Indonesia. Dari total PDB ekonomi kreatif tersebut, 41%-nya atau Rp 382 triliun berasal dari sektor kuliner.
Tak heran, jika Kementrian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia, belakangan menggenjot sektor kuliner di program Wonderful Indonesia. Dikatakan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya di Aryaduta Hotel, Jakarta Pusat, pada akhir November ini (22/11), sayangnya ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi Indonesia ketika kulinernya harus bersaing di luar negeri.
Pertama, Indonesia belum memiliki National Food. "Ketika Malaysia sudah punya Nasi Lemang untuk national food, Thailand punya Tomyam, Jepang punya sushie, Indonesia belum memiliki national food. Oleh karena itu, setelah melalui diskusi, diputuskan Soto sebagai national food Indonesia. Empat national food yang ditetapkan Kemenpar adalah Satai, Gado-Gado, Rendang, dan Nasi Goreng," papar Arief.
Kedua, Indonesia belum memiliki destinasi wisata kuliner yang berstandard dunia. Akhirnya, ditetapkanlah tiga destinasi kuliner di Indonesia yang berstandard dunia. Ketiganya adalah Bali, Bandung, dan Joglosemar (Jogjakarta, Solo, Semarang). "Saat ini, fokusnya masih di Bali. Selanjutnya, akan dilakukan di Bandung dan Joglosemar," tutur Arief.
Ketiga adalah Indonesia masih belum memiliki banyak restoran di luar negeri. "Jika Thailand sudah memiliki 20 ribuan resto di luar negeri, Indonesia jumlahnya tidak sampai seribu restoran. Pertumbuhan pesat restoran Thailand di mancanegara tak lepas dari dukungan pemerintah Thailand yang memberikan soft loan Rp 1,5 miliar per restoran Thailand yang ada di luar negeri," ungkap Arief.
Diakuinya, dukungan dana untuk para pemilik restoran Indonesia di luar negeri tidak mungkin terjadi, mengingat terbatasnya anggaran. Oleh karena itu, Kemenpar memilih menggandeng 100 restoran diaspora Indonesia untuk melakukan co-branding Wonderful Indonesia. Sebagai kick off dari rangkaian program co-branding Wonderful Indonesia dengan 100 restoran diaspora tersebut, Kemenpar menggelar acara Wonderful Indonesia Gastronomi Forum 2018.
Keistimewaan yang dapat dinikmati para mitra co-branding restoran Indonesia diaspora ini adalah mereka dapat menggunakan kekuatan brand Wonderful Indonesia untuk meningkatkan nilai merek restoran. Sebagai timbal balik, para mitra akan mempromosikan 10 destinasi prioritas Indonesia melalui berbagai materi branding yang telah disediakan oleh Kemenpar juga menggaungkan 5 masakan nasional Indonesia yang akan memancing keinginan masyarakat dunia untuk datang ke Indonesia.
Ketua Tim Percepatan Wisata Kuliner dan Belanja Kemenpar Vita Datau Messakh menjelaskan, program co-branding ini dilakukan dengan lebih dari 100 restoran Indonesia milik diaspora di Eropa, Amerika, Australia, Middle East, ASEAN, China, dan Asia Timur. Terpilihnya 100 restoran tersebut berdasarkan kriteria antara lain restoran tersebut berada di kota utama dunia dengan lokasi mudah dijangkau serta sudah berdiri lebih dari 3 tahun, kecuali restoran yang memiliki konsep outstanding dan sangat representatif bagi kuliner Indonesia.
Selain itu, restoran harus memiliki minimal 2 dari 5 masakan nasional yang dipopularkan oleh Kemenpar. Pemiliknya juga harus bersedia menjadi outlet channel mitra promosi Wonderful Indonesia. Restoran juga harus mempunyai review bagus dengan rating minimal 3,5 dari website traveller and foods popular seperti Google, TripAdvisor, Yelp, dan Zomato.
"Setelah terpilih, mereka mendapatkan recognition sebagai official co-branding partner Wonderful Indonesia yang dinyatakan dalam sertifikat apresiasi dan ditandatangani langsung oleh Menpar Arief Yahya,” tutup Vita.